Image of Hermeneutika Menurut Hans-Georg Gadamer

Text

Hermeneutika Menurut Hans-Georg Gadamer



Hakikat manusia sebagai makhluk rasional memungkinkan dirinya memahami. Aktivitas memahami memaksudkan menggali makna. Hal ini terjadi dalam semua pengalaman manusia. Artinya, manusia selalu ada dalam proses memaknai segala sesuatu, entah pengalaman melihat pemandangan alam, pengalaman membaca karya orang lain, pengalaman bercakap-cakap dengan orang lain, dan sebagainya. Hermeneutika merupakan ilmu yang terjun dalam kegiatan menyingkapkan makna sesuatu. Pada awalnya objek kegiatan hermeneutika adalah teks-teks kuno, teks-teks sakral. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, objeknya adalah semua hal yang berhubungan dengan manusia yang dapat dimaknai. Para pemikir hermeneutika sebelum Gadamer berpendapat bahwa tugas penafsiran adalah reproduksi makna: menghadirkan makna sebagaimana dimaksudkan oleh pengarang teks. Caranya adalah dengan merekonstruksi sejarah teks berdasarkan fakta-fakta sejarah yang melingkupinya. Dalam hal ini, usaha penafsiran mengharuskan kemampuan untuk merasakan kembali konteks historis teks, masuk ke dalam diri pengarang. Bagi Gadamer tugas penafsiran adalah memproduksi makna teks. Dasarnya adalah seorang penafsir tidak dapat keluar dari situasi batasnya (horizon). Situasi batas memaksudkan situasi kekiniannya, tradisi yang melingkupinya, otoritas yang diakuinya. Teks pun memiliki horizonnya. Kegiatan menafsir dilakukan dengan fusi (menyatukan) horizon teks dan horizon penafsir. Konsep ini menjadi dasar dari sebuah gagasan bahwa penafsiran dalam tahap yang paling mendasar terjadi dalam dialog. Bagaimana menjelaskannya? Seorang penafsir sebelum menafsir sebuah teks, telah memiliki pra-pemahaman terhadap teks itu. Mengikuti Heidegger, pra-pemahaman ini menurut Gadamer justru lahir dari eksistensi manusia itu sendiri, yakni ada bersama yang lain. Maka, tidak ada situasi keterasingan antara penafsir dengan teks yang ditafsirnya. Yang ada hanyalah pemahaman yang belum penuh yang dalam Gadamer disebut prasangka (pra-pemahaman). Pra-pemahaman penafsir didialogkan dengan pemahaman yang terkandung dalam teks, sehingga pra-pemahaman itu diubah menjadi pemahaman baru. Pemahaman baru ini juga masih harus disempurnanakan lagi seiring dengan pembacaan dan pemaknaan terus-menerus terhadap teks. Karena usaha penafsiran adalah memproduksi makna, maka aplikasi merupakan konsep kunci dalam Gadamer. Semua usaha penafsiran, pemahaman, dialog ini tidak dapat terjadi tanpa media yakni bahasa. Artinya dalam dan melalui bahasa semua usaha manusia memahami teks, orang lain dan diri sendiri, yang secara hermeneutis terjadi dalam dialog selalu dan hanya dimungkinkan dengan bahasa. Konsep ini lalu menjadikan hermeneutika beraspek universal. Gagasan ultimnya adalah: Ada yang dapat dipahami adalah Bahasa. Kata-kata Kunci: Prasangka, Tradisi, Otoritas, Situasi Batas (Fusi Horizon), Aplikasi, Dialog.


Availability

13.031121.68 BAS hAvailable

Detail Information

Series Title
-
Call Number
121.68 BAS h
Publisher STFT Widya Sasana : Malang.,
Collation
xii + 161hlm: 21x28cm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Classification
121.68
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
-
Subject(s)
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility

Other version/related

No other version available




Information


RECORD DETAIL


Back To PreviousXML DetailCite this