Perkawinan Katolik memiliki dimensi yang luas, mencakup aspek teologis, sosial, dan hukum Gereja. Dalam masyarakat yang semakin plural, penghayatan perkawinan Katolik menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam menjaga nilai-nilai sakramental dan ajaran Gereja di tengah perbedaan budaya, agama, dan norma sosial. Studi ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana ajaran Gereja tentang perkawinan Katolik tetap relevan dan dapat dihayati oleh pasangan Katolik dalam konteks masyarakat yang beragam. Dengan menganalisis dokumen Gereja, Kitab Hukum Kanonik, serta konsep-konsep teologi perkawinan, penelitian ini menawarkan pemahaman yang lebih mendalam tentang makna sakramen perkawinan sebagai tanda kesatuan, keterbukaan terhadap kehidupan, serta kasih dan kesetiaan dalam kehidupan berkeluarga. Dalam kajian ini juga mengeksplorasi aspek hukum Gereja terkait perkawinan Katolik, termasuk definisi perkawinan menurut hukum kanonik, halangan perkawinan, serta implikasi hukum bagi perkawinan beda agama. Perspektif sosial turut dikedepankan dengan menyoroti tantangan sosial yang dihadapi keluarga Katolik dalam konteks pluralisme, peran Gereja dalam memberikan bimbingan pastoral, serta pendidikan iman anak dalam keluarga Katolik. Dalam menghadapi realitas sosial, Gereja memiliki peran penting dalam menjaga ketahanan keluarga sebagai fondasi masyarakat, dengan menanamkan nilai-nilai moral, pendidikan dan kebersamaan. Dengan pendekatan multidisipliner yang mengintegrasikan dimensi teologis, sosial, dan hukum Gereja, penelitian ini menegaskan bahwa perkawinan Katolik bukan sekadar institusi sosial, tetapi juga panggilan iman yang mengandung tanggung jawab besar dalam membangun keluarga yang kokoh di tengah masyarakat majemuk. Dengan memahami keterkaitan antara ajaran Gereja dan tantangan sosial, pasangan Katolik dapat semakin menghayati perkawinan sebagai jalan menuju kekudusan dan saksi iman dalam kehidupan bermasyarakat.