Penelitian ini mengkaji teologi persaudaraan dalam pemikiran K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Paus Fransiskus sebagaimana tercermin dalam ensiklik Fratelli Tutti. Fokus utama penelitian ini adalah mengeksplorasi bagaimana kedua tokoh memahami persaudaraan sebagai landasan dialog antarumat beragama di tengah masyarakat plural, khususnya di Indonesia. Gus Dur menekankan konsep Islam rahmatan lil ‘alamin yang menjunjung nilai kemanusiaan, keadilan sosial, dan kesetaraan, sedangkan Paus Fransiskus melalui Fratelli Tutti menegaskan persaudaraan universal berbasis kasih dan solidaritas global tanpa membedakan agama, etnis, dan bangsa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka (library research) dan analisis isi (content analysis). Sumber utama penelitian ini adalah karya-karya Gus Dur serta ensiklik Fratelli Tutti, yang dikaji secara sistematis untuk menemukan kesamaan dan perbedaan dalam pemikiran kedua tokoh terkait persaudaraan, toleransi, dan dialog antaragama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik Gus Dur maupun Paus Fransiskus menekankan bahwa persaudaraan sejati harus melampaui identitas agama dan kebangsaan. Keduanya melihat pluralisme sebagai kehendak Tuhan yang harus dihayati dalam semangat solidaritas dan keadilan sosial. Dalam konteks Indonesia, pemikiran mereka memiliki relevansi yang kuat dalam membangun dialog antarumat beragama sebagai strategi menghadapi tantangan intoleransi, diskriminasi, dan radikalisme. Implikasi penelitian ini menegaskan bahwa teologi persaudaraan yang inklusif dapat menjadi dasar bagi harmoni sosial di Indonesia. Dengan mendialogkan perspektif Islam dan Katolik, studi ini memberikan kontribusi bagi pengembangan strategi pastoral Gereja dan kerja sama lintas agama dalam memperkuat persaudaraan universal.