Penelitian ini mengkaji teks Hagai 1:3–14 dengan fokus pada kehidupan rohani umat
sebagai sarana keselamatan yang berasal dari Allah. Melalui pendekatan tafsir
historis-teologis, skripsi ini menelusuri konteks kultural dan spiritual bangsa Yehuda
pasca-pembuangan yang mengalami kemunduran iman akibat penundaan
pembangunan Bait Allah. Penulis menyoroti bahwa teguran Allah melalui Nabi
Hagai tidak hanya menekankan pentingnya pembangunan fisik rumah Tuhan,
melainkan juga membangkitkan kesadaran rohani sebagai respons terhadap kasih dan
pemeliharaan Allah. Kehidupan rohani yang aktif dan berpusat pada Allah
ditampilkan sebagai jalan pemulihan relasi umat dengan-Nya, yang berujung pada
turunnya berkat dan pemulihan kondisi bangsa. Refleksi teologis dalam penelitian ini
menegaskan bahwa keselamatan bukan hanya berupa pembebasan dari penderitaan,
tetapi merupakan proses transformasi batiniah yang terjadi ketika umat menanggapi
panggilan Allah dengan pertobatan dan ketaatan. Dengan demikian, teks Hagai 1:3–
14 mengajarkan bahwa kehidupan rohani yang sejati menjadi sarana Allah dalam
menyatakan keselamatan-Nya bagi umat-Nya.
Kata Kunci: kehidupan rohani, keselamatan, Hagai 1:3–14, pertobatan, pemulihan
umat.