No image available for this title

Text

Teologi Kemartiran Sosial: teologi kemartiran Origenes untuk umat beriman Paroki Joannes Baptista Parung, Keuskupan Bogor



Kemartiran adalah salah satu dari tugas panca Gereja. Tugas ini muncul didasarkan pada perintah Yesus untuk menjadi saksiNya di dunia. Secara etimologi, kata martir artinya bersaksi, witness, testimonium. Kesaksian rasuli awal berkaitan tentang Yesus yang menderita, wafat dan bangkit. Kristianitas awal memahami kemartiran dengan menumpahkan darah. Tertulianus memotivasi iman orang kristiani dengan semboyan'darah martir adalah benih iman kristiani'. Oleh karena itu, orang-orang berlomba-lomba menjadi martir seperti Yesus sendiri menumpahkan darah, termasuk Origenes. Awalnya Origenes ingin menjadi seorang martir seperti ayahnya, namun cita-citanya tidak tercapai. Maka Origenes memperbaharui konsep kemartiran yang bisa digunakan sampai saat ini. Ia meredifinisikan makna kemartiran. Bagi Origenes, kemartiran mempunyai dimensi spiritual yang diterjemahkan sebagai 'the cup of salvation' dan 'glorifikasi'. Cara kemartiran ini tidak harus dilakukan dengan menumpahkan darah. Berangkat dari pemikiran Origenes, kemartiran diterjemahkan dalam kehidupan iman di Paroki Joannes Baptista Parung, Keuskupan Bogor. Hermeneutika fenomenologis Paul Ricouer membedah pemaknaan kemartiran secara baru. Pembaruan makna kemartiran menghidupi semangat iman sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam konteks ini, hermeneutika fenomenologis membantu pengalaman umat Paroki Parung memaknai nilai kemartiran saat ditolak keberadaannya. Pengalaman mempertahankan iman menelurkan nilai kemartiran baru. Dulu, kemartiran mendompleng kekuasaan, politik, dan agama. Kini nilai kemartiran melebar pada kehidupan sosial. Semua itu berangkat dari pemikiran Origenes. Sementara Paul Ricouer membedah makna kemartiran secara baru dan kontekstual. Pengalaman umat paroki Joannes Baptista menghadapi para penolak keberadaan Gereja menampilkan nilai kemartiran. Ada paralelisme antara Origenes dan Umat Parung saat menghayati kemartiran. Keduanya menampilkan kegigihan iman tanpa harus menumpahkan darah. Pengalaman iman umat Parung itu melahirkan Teologi Kemartiran Sosial.


Availability

1903012230 Jat tPerpustakaan STFTAvailable

Detail Information

Series Title
-
Call Number
230 Jat t
Publisher STFT Widya Sasana : Malang;.,
Collation
xi; 369hlm: 21x30cm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Classification
230
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
-
Subject(s)
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility

Other version/related

No other version available




Information


RECORD DETAIL


Back To PreviousXML DetailCite this