Identitas dan keberadaan ilmu sosial menjadi menarik karena memiliki fokus dan metodologinya. Dengan menaruh perhatian pada tindakan dan interaksi antara manusia dalam masyarakat, ilmu sosial diundang untuk memahami pengalaman-pengalaman orisinal manusia atas ruang dan waktu, atas manusia sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, dan atas dimensi-dimensi historis dan simbolis. Dibantu oleh hermenutika sebagai metode, ilmu sosial membantu manusia memahami makna mengenai diri sendiri dan masyarakat. Buku ini menunjukkan bahwa apa yang sebenarnya dilakukan oleh ilmu sosial dapat direfleksikan oleh filsafat. Michel Foucault, Edmund Husserl, Jurgen Habermas, Calvin O. Schrag, dan Gary P. Radford menunjukkan adanya hubungan yang erat antara ilmu sosial dan filsafat ketika ilmu pengetahuan sosial dan filsafat menaruh perhatian pada pengalaman orisinal manusia. Berbeda dari filsafat ilmu sosial yang historis dan sistematis, buku ini melakukan refleksi filosofis atas pengalaman linguistik manusia, pengalaman fenomenologis, pengalaman kepentingan transendental, pengalaman sosial praktis, pengalaman hermeneutis, dan pengalaman komunikatif. Refleksi tersebut bertujuan untuk menemukan kebenaran tentang manusia dan makna hidupnya. Dilihat dari segi metode hermeneutika, pengalaman hidup sehari-hari manusia merupakan teks yang berbicara tentang manusia dan pengalaman-pengalamannya.