Skripsi ini mengkaji Uma sebagai rumah adat masyarakat Mentawai yang memiliki peran penting secara sosial, budaya, dan spiritual. Namun, Uma kini menghadapi tantangan akibat modernisasi, pengaruh agama luar, dan perubahan gaya hidup generasi muda. Dalam konteks ini, Uma bukan hanya tempat tinggal, tetapi simbol identitas budaya dan ruang pewarisan nilai leluhur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi pustaka dan wawancara dengan tokoh adat serta pegiat budaya, seperti Bapak Robertus Saruruk. Kerangka teori didasarkan pada pemikiran Koentjaraningrat tentang identitas budaya dan perubahan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelestarian Uma dilakukan melalui dua pendekatan utama: pelestarian fisik dengan mempertahankan bentuk dan teknik konstruksi tradisional, serta pelestarian nilai adat dan kesakralan Uma melalui ritual, pendidikan budaya, dan pemanfaatan teknologi oleh generasi muda. Kesimpulannya, Uma tetap relevan sebagai identitas budaya Mentawai jika dijaga secara adaptif dan melibatkan lintas generasi serta kolaborasi antara masyarakat dan institusi budaya.