Image of Imam Diosesan sebagai 'Garda Terdepan' untuk Perkembangan Keuskupan (Tinjauan menurut pedoman pembentukan hidup imamat di Indonesia 'Ad Experimentum' dan relevansinya bagi pelayanan umat di Keuskupan Sintang)

Text

Imam Diosesan sebagai 'Garda Terdepan' untuk Perkembangan Keuskupan (Tinjauan menurut pedoman pembentukan hidup imamat di Indonesia 'Ad Experimentum' dan relevansinya bagi pelayanan umat di Keuskupan Sintang)



Tujuan penulisan ini menganalisis peran imam diosesan sebagai 'garda terdepan' dalam perkembangan keuskupan berdasarkan Pedoman Pembentukan Hidup Imamat Ad Experimentum di Indonesia dan relevansinya bagi pelayanan di Keuskupan Sintang. Melalui pendekatan teologis-pastoral yang menggabungkan analisis dokumen Gereja dan studi kontekstual, studi ini menegaskan bahwa identitas imam diosesan 'garda terdepan' tidak terbatas pada tugas administratif atau lingkup kuria dan komisi-komisi, melainkan pertama-tama imam diosesan sebagai garda terdepan diartikan sebagai mitra utama uskup dalam menjalankan reksa pastoral. Peran ini menuntut integrasi nilai-nilai lokal dengan ajaran Kristus, sehingga imam diosesan berfungsi sebagai jembatan antara universalitas iman Katolik dan kekhasan budaya masyarakat. Analisis terhadap pedoman Ad Experimentum menunjukkan bahwa imam diosesan dituntut menghadirkan sentire cum Ecclesia (berpikir, merasakan, dan bertindak dalam kesatuan dengan Gereja) melalui keterlibatan yang holistik, baik dalam aspek liturgis, sosial, maupun budaya. Konsep 'garda terdepan' di sini tidak hanya bermakna simbolis, tetapi secara menyeluruh yang diwujudkan melalui pendampingan umat, penguatan komunitas, dan inisiasi program pastoral yang responsif terhadap kebutuhan Gereja lokal. Dalam konteks Keuskupan Sintang yang multietnis dan multibahasa, imam diosesan memikul peran strategis untuk memastikan pewartaan Injil tidak sekadar menjadi doktrin abstrak, tetapi dihidupi dalam praktik sehari-hari. Hal ini dilakukan melalui dialog dengan kearifan lokal, seperti adat istiadat dan tradisi masyarakat, serta adaptasi metode evangelisasi yang kontekstual. Tantangan seperti disparitas geografis, keragaman etnis, dan dinamika sosial menuntut imam diosesan bersikap dinamis, tanpa kehilangan fokus pada misi penggembalaan dan kesatuan dengan hierarki Gereja. Penulis menyimpulkan bahwa imam diosesan sebagai 'garda terdepan' bersifat transformatif, mengarahkan perkembangan keuskupan melalui sinergi antara otentisitas iman dan relevansi budaya, dengan tetap berpegang pada suatu prinsip realitas Gereja di tengah dunia.


Availability

21.035253.2 Rik iPerpustakaan STFTAvailable

Detail Information

Series Title
-
Call Number
253.2 Rik i
Publisher STFT Widya Sasana : Malang.,
Collation
xiii + 127hlm: 21,5x28cm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Classification
253.2
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
-
Subject(s)
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility

Other version/related

No other version available




Information


RECORD DETAIL


Back To PreviousXML DetailCite this