Penelitian ini bertujuan menganalisis makna teologis Perumpamaan Domba yang Hilang dalam teks Lukas 15:1-7 serta relevansinya bagi kehidupan rohani umat beriman, khususnya kaum muda Katolik. Metode yang digunakan adalah analisis eksegetis naratif dan literer dengan pendekatan struktural, historis, dan teologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perumpamaan ini menegaskan inisiatif Allah sebagai Gembala yang aktif mencari manusia yang 'hilang' akibat dosa, diiringi sukacita surgawi atas pertobatan. Teks ini juga menjadi kritik terhadap sikap eksklusivitas religius (Farisi dan ahli Taurat) sekaligus penegasan bahwa setiap pribadi berharga di mata Allah. Struktur teks terbagi menjadi dua bagian utama: pengantar (ayat 1-3) yang menggambarkan kritik terhadap Yesus dan perumpamaan (ayat 4-7) yang menekankan belas kasih Allah. Analisis konteks historis mengungkap stigmatisasi terhadap pemungut cukai dan orang berdosa, sementara tafsir linguistik menunjukkan makna kata kunci seperti prosdechomai (menerima) dan sunesthio (makan bersama) sebagai simbol solidaritas Yesus. Refleksi teologis menekankan pertobatan sebagai respons atas kerahiman Allah dan sukacita yang melampaui batas duniawi. Relevansi teks bagi kaum muda Katolik terletak pada spiritualitas pertobatan yang inklusif, progresif, dan berpusat pada kasih Allah. Gereja dipanggil menjadi komunitas yang merangkul tanpa menghakimi, sementara kaum muda diajak menjadi agen pertobatan melalui kesaksian hidup. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Lukas 15:1-7 tidak hanya menggambarkan misi Yesus sebagai Gembala Agung, tetapi juga mengajak umat beriman menghidupi belas kasih Allah dalam konteks kekinian.