Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam teks Yehezkiel 9:1-11 dalam konteks ancaman sekularisasi di dunia modern. Dalam realitas global yang terus berkembang, sekularisasi telah menggeser persepsi manusia tentang kehadiran dan keterlibatan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pendekatan analisis eksegetis dan refleksi teologis, penelitian ini mengintegrasikan analisis sintaksis, semantik, struktural, naratif, serta konteks historis dan teologis untuk menafsirkan pesan dari teks tersebut. Penelitian ini menemukan bahwa teks Yehezkiel 9:1-11 mengungkapkan empat pokok teologis utama, yakni kemahakuasaan Allah, keadilan-Nya, belas kasihNya, dan karya keselamatan-Nya. Teks ini menunjukkan bagaimana penghukuman Allah merupakan bentuk keadilan ilahi terhadap penyembahan berhala dan ketidaksetiaan umat, namun juga menegaskan kemurahan Allah kepada mereka yang tetap setia. Dalam dunia modern, pesan ini menjadi relevan ketika manusia mulai mengandalkan kekuatan dan teknologi sendiri, mengabaikan peran Allah sebagai pusat kehidupan. Penurunan partisipasi kaum muda dalam kehidupan rohani, dominasi gaya hidup individualistik, serta ketergantungan terhadap teknologi seperti kecerdasan buatan menjadi gejala sekularisasi yang nyata. Dengan membaca ulang teks Yehezkiel 9:1-11 dalam bingkai penciptaan baru, umat Kristiani diajak untuk memulihkan relasi dengan Allah melalui pertobatan dan kesetiaan terhadap perjanjian-Nya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pesan kenabian Yehezkiel tidak hanya berbicara pada konteks masa lalu, tetapi juga menjadi panggilan profetis bagi umat masa kini yang hidup dalam ketidakpastian moral dan krisis iman. Kata Kunci: Yehezkiel 9:1–11; penghukuman ilahi; refleksi teologis; sekularisasi; keadilan Allah; eksegesis biblis; iman Kristiani di era modern.