Tema yang dibahas dalam skripsi ini adalah 'Doa Syukur Daud dalam 2 Samuel 7:18–29' sebagai respons terhadap janji Tuhan mengenai keturunan dan kerajaan yang kekal. Metode yang yang digunakan dalam pendalaman skripsi ini adalah metode eksegese yang terdiri dari beberapa analisis yaitu, analisis konteks, analisis literer (sintaksis, semantik, struktur, jenis sastra dan analisa puisi), analisis tafsiran, dan refleksi teologis (pesan teologis dan relevansi). Perikop ini menampilkan Daud sebagai sosok yang rendah hati, yang meskipun menerima janji besar, tetap datang kehadapan Allah dalam doa dengan rasa kagum dan syukur yang mendalam. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menggali nilai-nilai teologis yang terkandung dalam teks 2 Samuel 7:18-29, terutama menyangkut kerendahan hati, pengakuan akan kedaulatan Tuhan, dan komitmen untuk memuliakan nama-Nya. Hasil penelitian ini menegaskan bahwa doa Daud mencerminkan teologi pujian dan pengakuan atas kemurahan Allah, sekaligus menjadi model spiritualitas dan kepemimpinan yang relevan untuk umat beriman masa kini. Refleksi teologis yang muncul dari perikop ini menekankan bahwa anugerah Allah bukan untuk ditanggapi dengan keangkuhan, melainkan dengan syukur dan ketundukan. Janji Tuhan kepada Daud mengingatkan umat bahwa Allah setia pada perjanjian-Nya. Sikap Daud menjadi teladan bagaimana iman, penyembahan, dan kepemimpinan seharusnya berakar dalam kerendahan hati di hadapan Tuhan.