Record Detail
Advanced SearchText
Makna Filosofis Tradisi Nyobeng Adat Dayak Bidayuh dalam Terang Filsafat Hermeneutika Hans-Georg Gadamer
Tradisi merupakan unsur penting dalam kehidupan budaya suatu masyarakat. Salah satu tradisi yang masih lestari hingga kini adalah tradisi Nyobeng dari masyarakat adat Dayak Bidayuh di Sebujit, Kalimantan Barat. Tradisi ini awalnya berkaitan dengan praktik Ngayau atau berburu kepala, yang dalam konteks masa lalu melambangkan keberanian dan kekuatan. Namun seiring perkembangan zaman, tradisi ini telah mengalami pergeseran makna menjadi bentuk penghormatan terhadap leluhur serta ungkapan rasa syukur atas kehidupan. Penelitian ini bertujuan untuk menyingkap makna filosofis yang terkandung dalam tradisi Nyobeng dengan menggunakan pendekatan hermeneutika filosofis dari Hans-Georg Gadamer. Pendekatan ini memungkinkan penulis untuk menafsirkan simbol, ritus, dan nilai-nilai yang hidup dalam tradisi tersebut, dengan menekankan proses pemahaman sebagai dialog antara masa kini dan masa lalu. Tradisi Nyobeng tidak hanya dilihat sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai cara masyarakat Dayak Bidayuh membangun pemahaman kolektif atas identitas dan eksistensinya. Dalam perjalanannya, tradisi ini terus dimaknai ulang oleh masyarakat sesuai konteks zaman, sehingga tetap relevan dan hidup. Tradisi Nyobeng memperlihatkan bahwa nilai-nilai leluhur, meskipun berasal dari masa lalu, tetap mampu menyatu dengan pemahaman masa kini melalui refleksi dan dialog lintas generasi. Pada dasarnya tradisi Nyobeng bukan sekadar ritual adat atau seremoni budaya, melainkan suatu proses pemaknaan eksistensial yang menghubungkan manusia dengan leluhurnya, alam semesta, serta sesamanya. Dalam terang hermeneutika Gadamer, tradisi ini merupakan ruang perjumpaan antara cakrawala berpikir yang berbeda, yang saling memperkaya dan memperluas pemahaman kolektif. Tradisi Nyobeng menunjukkan bahwa budaya tidak pernah statis, melainkan selalu terbuka terhadap dialog dan interpretasi baru. Penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran kritis akan pentingnya melestarikan budaya lokal, terutama bagi generasi muda sebagai pewaris identitas bangsa.
Availability
| 21.023 | 194 Pra m | Perpustakaan STFT | Available |
Detail Information
| Series Title |
-
|
|---|---|
| Call Number |
194 Pra m
|
| Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2025 |
| Collation |
xiii + 106hlm: 21,5x28cm
|
| Language |
Indonesia
|
| ISBN/ISSN |
-
|
| Classification |
194
|
| Content Type |
-
|
| Media Type |
-
|
|---|---|
| Carrier Type |
-
|
| Edition |
-
|
| Subject(s) | |
| Specific Detail Info |
-
|
| Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available






