Krisis lingkungan yang semakin mengkhawatirkan memunculkan kebutuhan akan paradigma etis baru dalam memandang hubungan antara manusia dan alam. Skripsi ini mengangkat pemikiran Aldo Leopold, khususnya melalui gagasannya tentang Etika Tanah (Land Ethic), sebagai kerangka filosofis untuk meninjau konsep hak asasi alam. Leopold menolak pandangan antroposentrisme yang menempatkan manusia sebagai pusat dan pemilik mutlak atas alam, dan mengusulkan pandangan ekosentris yang memandang alam sebagai bagian integral dari komunitas moral. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pemikiran Leopold secara mendalam serta mengevaluasi relevansinya dalam konteks permasalahan lingkungan hidup di Indonesia. Dengan menggunakan pendekatan studi pustaka, penulis menganalisis karya-karya Leopold dan berbagai literatur pendukung lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Etika Tanah menawarkan dasar moral yang kuat bagi pengakuan hak asasi alam, di mana alam memiliki hak untuk hidup, berkembang, dan mempertahankan keberadaannya tanpa ancaman eksploitasi. Perspektif ini dapat memperkaya pendekatan dalam menyusun kebijakan lingkungan yang adil dan berkelanjutan. Pemikiran Leopold juga menunjukkan bahwa krisis ekologi tidak dapat dipisahkan dari persoalan keadilan sosial. Dalam konteks Indonesia, di mana eksploitasi sumber daya alam kerap mengorbankan masyarakat rentan, konsep Etika Tanah memberikan arah baru dalam menyatukan perlindungan alam dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Dengan demikian, skripsi ini merekomendasikan penerapan pendekatan etika lingkungan yang berakar pada nilai-nilai ekologis dan moralitas lintas spesies demi keberlanjutan hidup bersama.