Image of Problematika Tanah Suku Mee Di Keuskupan Timika Dalam Terang Laudato Si

Text

Problematika Tanah Suku Mee Di Keuskupan Timika Dalam Terang Laudato Si



Tesis ini memfokuskan perhatiannya pada problematika tanah yang di hadapi oleh masyarakat Suku Mee di Keuskupan Timika. Masyarakat suku Mee menyebut tanah sebagai Maki Noukai, yang berarti tanah adalah mama. Dengan adanya tanah manusia. dapat melangsungkan kehidupan serta mengekspresikan dirinya sebagai makhluk ciptaan Allah yang berakal budi dan berbudaya. Melalui tanah, manusia dapat mengakses sumber-sumber kehidupan selama ia berada di dunia, dengan cara menjaga, mengelola dan melestarikannya. Namun, tanah juga dapat menjadi sumber konflik yang berkepanjangan dalam hidup manusia.Misalnya, pembangunan fasilitas publik (pasar gedung pemerintah) yang melanggar nilai-nilai adat; kehadiran illegal loging dan mining di Meuwo yang mencemari lingkungan dan berujung pada konflik berdarah; perseteruan menyangkut warisan tanah di Meuwo; serta marginalisasi penduduk lokal akibat pembangunan oleh pemerintah yang kadang tidak melibatkan masyarakat setempat dalam perundingan. Metodologi yang digunakan dalam menyusun tesis ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan. Penulis juga menggunakan metode wawancara untuk menggali informasi mengenai konsep tanah dalam suku Mee yang belum secara lengkap diterbitkan dalam bentuk buku dan tulisan lainnya. Dengan kedua pendekatan tersebut, tesis ini berusaha untuk memaparkan sedalam mungkin fakta-fakta tentang problematika tanah yang terjadi di Meuwo. Gereja Katolik sejak dahulu telah memberikan banyak seruan serta aksi tentang krisis yang melanda manusia, kehidupan manusia itu sendiri serta alam ciptaan yang lain. Paus Fransiskus juga telah mengeluarkan ensiklik Laudato Si sebagai tanggapan yang kritis, reflektif dan memiliki nilai-nilai teologis atas keadaan manusia dan bumi hingga hari ini. Keadaan lingkungan yang makin parah akibat ulah manusia sendiri, telah merusak cita-cita luhur Allah, yakni keselamatan bagi setiap makhluk. Masyarakat adat yang dipandang sebagai penjaga dan pelestari paling baik juga menjadi korban atas ulah keserakahan sesamanya. Dalam terang Laudato Si, penulis menemukan figur-figur Allah yang hadir dalam realitas problematika tersebut dan turut serta membantu manusia untuk menemukan jalan pertobatan demi perubahan dunia yang lebih baik.


Availability

19.03006179.1 Yeu pPerpustakaan STFTAvailable

Detail Information

Series Title
-
Call Number
179.1 Yeu p
Publisher STFT Widya Sasana : Malang.,
Collation
xiv + 176hlm: 22x28cm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Classification
179.1
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
-
Subject(s)
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility

Other version/related

No other version available




Information


RECORD DETAIL


Back To PreviousXML DetailCite this