Record Detail
Advanced SearchText
Konsep Lonto Leok dalam Masyarakat Lenteng Manggarai dalam Terang Pemikiran Ferdinand De Saussure
ABSTRAK
Berbicara mengenai kebudayaan tentu tak terlepas dari kehidupan manusia.
Kebudayaan dan semua produknya merupakan hasil dari proses kehidupan manusia.
Setiap masyarakat dan bangsa di dunia ini memiliki kebudayaan, walaupun dengan
bentuk dan corak yang berbeda-beda. Di Indonesia sejarah perkembangan
kebudayaan lokal berjalan seiring dengan sejarah peradaban. Sejak terbentuknya
negara bangsa pada masa kemerdekaan terjadilah transformasi masyarakat
Indonesia di berbagai bidang. Misalnya, dalam bidang politik, ekonomi, dan juga
dalam bidang sosial. Dalam bidang politik, bangsa Indonesia telah merdeka dan
melepaskan diri dari kekuasaan politik kolonial. Dalam bidang ekonomi, Indonesia
terlepas dari dominasi sistem ekonomi kolonial. Dalam bidang sosial tampak
terjadinya proses integrasi sosial Indonesia, di mana struktur sosial masyarakat
feodal dan masyarakat kolonial runtuh. Perubahan-perubahan ini semua merupakan
hasil transformasi budaya dalam arti yang luas. Di Manggarai, Flores, NTT,
terdapat banyak kearifan lokal merepresentasikan realitas kehidupan masyarakat
Manggarai. Salah satu kearifan lokal yang terkenal adalah Lonto léok. Lonto léok
merupakan salah satu kearifan lokal (local wisdom) guyup tutur yang dapat
dijadikan rujukan andalan dalam menampilkan identitasnya pada masyarakat
multietnik sekarang ini. Secara literal lonto léok dapat diartikan sebagai duduk
melingkar namun dalam tatanan kehidupan bermasyarakat secara keseluruhan, lonto
léok dapat dipahami sebagai “demokrasi lokal” yang mengatur tata kehidupan orang
Manggarai seperti pemeliharaan perdamaian dan keamanan, penegakan hukum dan
adat, kesatuan dan persatuan, pemeliharaan kesusilaan dan sopan santun,
pembagian tanah (lingko),pemeliharaan lingkungan hidup, partisipasi dalam
upacara adat, dan sebagainya.. Ferdinand de Sausure yang merupakan seorang filsuf
semiotika menggagas teori semiotikanya menjadi tiga, yaitu: signifier, signified,
dan referent. Lalu bagaimana hubungannya dengan konsep Lonto Leok orang
Manggarai? Gagasan tentang signifier, de Saussure memperlihatkan sebuah konsep
lambang atau bunyi, lonto leok. Lonto leok menekankan kesimetris atau kesetaraan
dalam berelasi antara saya dengan liyan. Gagasan tentang Signified, bagi de
Saussure, “merupakan sebuah konsensus” pemaknaan atau membahasakan simbol.
Dalam hubungannya dengan proses pencapaian pemahaman, bahasa yang
argumentatif, yakni kejujuran (sincerity), kebenaran(truth), ketepatan (rightness),
dan kejelasan. Gagasan mengenai referent lonto leok. Musyawarah adalah suatu
unsur sosial yang ada dalam banyak masyarakat pedesaan di dunia ini, dan juga di
Indonesia. Dalam lonto leok mengandung intisari, keputusan yang diambil dalam
rapat tidak berdasarkan suatu mayoritas yang menganut suatu pendirian, melainkan
oleh seluruh rapat, seolah-olah sebagai suatu badan.
KATA KUNCI: Lonto Leok, Semiotika, Signifier, Signified, Referent.
Availability
| 17.079 | 959.86 Jay k | Perpustakaan STFT | Available |
Detail Information
| Series Title |
-
|
|---|---|
| Call Number |
959.86 Jay k
|
| Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2021 |
| Collation |
xiii + 81hlm: 22x28cm
|
| Language |
Indonesia
|
| ISBN/ISSN |
-
|
| Classification |
959.86
|
| Content Type |
-
|
| Media Type |
-
|
|---|---|
| Carrier Type |
-
|
| Edition |
-
|
| Subject(s) | |
| Specific Detail Info |
-
|
| Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available






