Buku ini mampu menghadirkan sesuatu yang baru dan segar dalam konteks wacana politik Islam. Ia menunjukkan kepada kita pemanfaatan simbol-simbol atau tindakan-tindakan yang dianggap sebagai ekspresi politik. Jilbab, misalnya, secara hakiki bukanlah merupakan tindakan politik, tetapi akan menjadi demikian jika ditransformasikan ke dalam aksi. Dengan menyajikan beberapa contoh ekspresi sekelompok Muslim - seperti, pelaksanaan ibadah haji para pemimpin sekular yang dianggap sebagai upaya menarik hati kaum Muslim; pembuatan patung, poster, dan simbol-simbol politik lain dari para pemimpin sekular di negara mayoritas Muslim; dan bahkan kunjungan ke makam Ayatullah Khomeini yang seharusnya bersifat skral tetapi kini menjadi pawai nasional yang sarat dengan muatan politik - buku ini secara menarik berupaya menghadirkan bagaimana tradisi dan kebiasaan kaum Muslim yang telah secara luas dianut bersama dapat mempengaruhi keputusan politik.