Dalam perspektif Euro-Amerika modern, relativisme dipahami sebagai Sesuatu Yang Baik. Pada tingkatan pertama, ia menetapkan suatu cara bagaimana berbicara tentang orang [lain] yang berbeda [dari kita] dan karenanya mereka begitu sensitif atas berbagai perbedaan yang ada. Ketika kita melihat dan hidup di dalam sebuah dunia dengan kerangka khusus milik kita sendiri, pastilah Realitas yang dialami orang lain berbeda dengan yang kita alami. Dalam pola inilah, relativisme ditujukan sebagai perlindungan dari etnosentrisme. Pada tingkatan kedua, karena kita tidak memiliki basis yang independen untuk mengritisi cara orang lain berpikir maupun bertindak, maka sikap yang mesti kita ketengahkan adalah toleransi dan apresiasi, bukannya penghakiman yang justru [tampak] mencerca pemikiran dan praktik kemanusiaan. Dalam pola ini, relativisme dimaksudkan sebagai perlindungan dari chauvinisme. Sampai di sinilah, maka relativisme menopang multikulturalisme sebuah istilah trendy yang merujuk pada sesuatu yang sangat krusial di dunia kontemporer: bahwa secara mendasar masyarakat berbeda dalam hal kontak dan kontrak satu sama lain. Baik relativisme maupun multikulturalisme, keduanya memiliki daya tarik dalam kehidupan politik dan intelektual kita saat ini, juga persoalan-persoalan yang muncul dari keduanya berkaitan dengan tindakan memahami orang lain. Maka ini berarti, persoalan mendasar filsafat ilmu sosial kontemporer bukanlah apakah persoalan sosial itu bersifat ilmiah, melainkan, apakah memahami orang lain, terutama yang berbeda dengan kita adalah mungkin? Jika memang ya, pemahaman yang bagaimanakah yang dibutuhkan? Inilah, tepatnya, persoalan sentral yang dikaji dalam buku ini.