Record Detail
Advanced SearchText
Konsep Leles Masyarakat Pa'an Waru dalam Terang Pemikiran Koentjaraningrat
Situasi masyarakat yang syarat dengan pengaruh dunia luar (globalisasi) membuat kehidupan masyarakat semakin tidak teratur, bahkan sampai-sampai masyarakat lupa akan identitas mereka sebagai masyarakat yang bersatu dan membudaya. Hal ini bisa dilihat dari pola kehidupan masyarakat Pa’an Waru yang telah berlahan-lahan meninggalkan sistem kerja leles yang begitu mulia. Sejatinya sistem kerja ini merupakan identitas mereka sebagai masyarakat yang bersatu serta masyarakat yang membudaya. Akan tetapi pengaruh globalisasi telah merasuk dan mengubah kehidupan mereka dari kehidupan yang dulunya selalu mengedepankan nilai sosialitas kepada masyarakat yang kurang memperhatikan nilai sosialitas. Nilai-nilai ini sebenarnya merupakan simbol masyarakat Pa’an Waru sebagai masyarakat yang bersatu. Akan tetapi mala ditinggalkan. Karena itu, penulis merasa prihatin dan cemas akan masa depan masyarakat Pa’an Waru itu sendiri. Untuk itu penulis mengambilnya untuk dikaji dan dianalisis guna untuk memperkenalkan kepada generasi muda Pa’an Waru, bahwa sebenarnya tradisi ini pernah ada dalam kehidupan masyarakat Pa’an Waru itu sendiri. Tulisan yang berjudul Konsep Leles Masyarakat Pa’an Waru Dalam Terang Pemikiran Koentjaraningrat ini mudah-mudahan dapat menjadi tulisan yang berkualitas dan nantinya dapat membantu masyarakat Pa’an Waru maupun generasi muda untuk mengenal dengan baik konsep leles itu sendiri. Namun untuk mempertajam tulisan ini penulis mengambil pemikiran tokoh Koentjaraningrat seorang antropolog Indonesia. Beliau adalah seorang tokoh antropolog terkenal Indonesia yang bertahun-tahun bergelut dalam dunia penelitian tentang budaya yang terdapat dalam masyarakat Indonesia maupun masyarakat di luar Indonesia. Beliau dalam bukunya seringkali membicarakan hal yang berkaitan langsung dengan budaya leles. Ia menamainya gotong royong. Menurut beliau gotong royong adalah sebuah tradisi lisan yang dihidupi masyarakat Jawa dan tradisi ini merupakan suatu tradisi yang baik, benar dan mulia untuk persatuan bangsa. Maka di sini saya mengambil pemikirannya untuk mempertajam tulisan ini. Dalam budaya leles terkandung nilai-nilai luhur yang sangat mulia, misalnya: nilai persaudaraan, nilai kebersamaan, nilai persatuan, nilai kemanusiaan, nilai sosial dan nilai keadilan. Nilai-nilai ini merupakan nilai yang sangat dibutuhkan oleh setiap pribadi manusia. Oleh karena itu mempertahankan budaya ini adalah hal yang harus dilakukan oleh masyarakat Pa’an Waru. Dalam budaya ini pun terdapat sikap pemberian diri yang seutuhnya terhadap orang yang berada di sekitarnya, yaitu membantu tanpa mengharapkan imbalan atau pun balasan. Yang paling penting di sini adalah sikap penyerahan diri. Sikap penyerahan diri menjadi simbol dari manusia yang membudaya. Jadi dalam budaya ini sungguh-sungguh terungkap semua nilai-nilai luhur yang sangat mulia.
Availability
14.018 | 959.86 Ghe k | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
959.86 Ghe k
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2018 |
Collation |
xii + 68hlm: 21x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
959.86
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available