Sebagai simbol akar budaya Barat, Salib telah ikut menentukan kiprah peradaban dunia, dari dahulu hingga kini. Makna Salib telah mengalami perkembangbiakan kompleks dari sebuah peristiwa subversi biasa di zaman kekaisaran Romawi, melahirkan komunitas religius bawah tanah yang sarat inspirasi, hingga menjadi legitimasi segala tindakan penaklukan, penjajahan, dan perbudakan di segala penjuru bumi. Berawal dari simbol solidaritas penderitaan masyarakat tertindas, ia bertransformasi menjadi simbol kekuasaan yang menindas. Namun di abad duapuluh satu ini Salib justru kembali menjadi simbol perlawanan, simbol pembebasan dari kerangkeng-kerangkeng dogmatis. Dan ketika saat ini sepertinya kristianitas justru bergeser pusatnya ke wilayah dunia Timur dan negara-negara berkembang, makna Salib menjadi lebih pelik. Buku ini membahas hal itu tidak hanya dari sudut pandang teologi, melainkan dari berbagai sudut lain yang sangat beragam: politis, semiotis, antropologis, historis, filosofis, estetis, dsb.