Orang beriman memiliki kerinduan untuk bersatu dengan Allah. Allah pun selalu menyapa manusia dengan aneka macam cara. Cara paling utuh dan tertinggi adalah inkarnasi. Allah menyapa manusia dengan menjadi manusia. Keinginan manusia untuk saling menyapa dan berkomunikasi antar manusia dewasa ini terjalin melalui media digital. Media sosial membuka peluang untuk saling menyapa anatar sesama manusia di berbagai belahan dunia. Sapaan Allah merupan inkarnatoris, artinya hadir secara penuh, sedangkan sapaan antar sesama manusia dalam media sosial merupakan telepresence, artinya hadir tetapi tidak sepenuhnya: hadir sekaligus tidak hadir. Komunikasi sosial ini mempengaruhi seluruh dimensi kehidupan manusia. Dalam situasi inilah Gereja dihimbau untuk menunjukkan sapaan Allah, cinta kasih Allah untuk dunia. Cinta Allah yang paling nyata dan mewujud adalah Inkarnasi. Hidup inkarnatoris dan pewartaan teologi inkarnasi amat relevan bagi pelayanan pastoral Gereja di dunia digital dewasa ini.rnGereja yang ada bersama dan di dalam dunia harus menjadi garam dan terang bagi dunia. Gereja memimpin dan megarahkan dunia kepada kehidupan sejati manusia, yakni dipersatukan kembali dengan Allah Pencipta. Di tengah dunia digital yang mengalienasi, bahkan menyesatkan Gereja mewartakan Injil secara penuh dan menunjukkan Allah yang mendatangi manusia dalam kehadirannya. Allah yang mengasihi ciptaanNya tidak pernah meninggalkan dunia sekalipun manusia mengingkariNya.rnGereja mengenal duniadigital pada eksistensinya di era milenial. Alat digital merupakan sakramen, sarana yang diberikan Allah untuk mendekatkan dunia padaNya. Kesadaran akan kehadiran Allah dalam dunia digital menjadi penting untuk melihat alat digital secara positif dan menggunakannya untuk mewartakan Injil Kerajaan Allah di era milenial. Media digital merupakan upaya pencapaian daya kreasi manusia yang diberikan Allah dan semua terlaksana karena berkat bimbingan Allah.