Hidup memang penuh teka-teki, Ia datang tanpa kita ingini dan diambil tanpa kita ketahui. Sering hidup terasa begitu ringan juga terasa begitu berat tak tertahankan. Dalam situasi teka-teki itu manusia memiliki modal utama yaitu sesamanya. Manusia bisa menjadi dirinya sendiri yang unik karena kehadiran orang lain di sekitarnya. Aku bisa menyebut diriku sebagai aku kata Buber karena ada kamu. 'Aku' dan 'kamu' bersama-sama menjadi 'kami' itu dengan segala romantikanya. Namun proses itu tidak selalu berjalan mulus tetapi penuh tantangan dan halangan yang kadang-kadang membuat orang putus asa. Untuk itu setiap orang memerlukan 'seni' untuk mensukseskan proses menjadi 'kami' itu. Erich Fromm bahkan menyebut seni tersebut sebagai The Art of Loving. Peran Leila Ch. Budiman (Pengasuh Rubrik Konsultasi Psikologi di Harian Kompas) dapat diumpamakan seperti sebuah cermin bagi pasangan suami-istri yang bermasalah. Bagai sebuah cermin Leila mengajak mereka untuk memandang inti permasalahan itu hingga clear dan distict sambil melontarkan kiat dan gagasan yang dapat dikembangkan oleh pasangan suami-istri untuk menemukan 'seni' itu bagi diri mereka berdua. Para pemuda dan pemudi maupun pasangan suami-istri dapat belajar banyak dari kiat-kiat yang dilontarkan oleh psikolog sekaligus seorang ibu rumah tangga yang hebat karena kesederhanaannya.