Situasi Gereja Katolik Indonesia dewasa ini dapat dikatakan sangat bervariasi. Pesatnya kemajuan pembangunan di segala bidang terutama bidang telekomunikasi dan transformasi membawa dampak positif di satu sisi. Tetapi di sisi lain mengakibatkan pergeseran nilai pada berbagai bidang sektoral kehidupan. Gereja Katolik Indonesia dewasa ini dihadapkan pada tiga persoalan utama, yaitu persoalan budaya, kemiskinan dan religiositas. Berhubungan dengan budaya, Gereja mengalami tekanan arus globalisasi yang sangat pesat. Globalisasi yang nampak sekarang ini adalah globalisasi di bidang informasi, ekonomi, ekologi dan sosial. Mereka cenderung mengikuti budaya asing yang dipandang baru dan lebih menarik. Suara hati sebagai penyaring globalisasi semakin tidak mendapat tempat semestinya. Mereka cenderung menjadi individualis dan kurang memperhatikan sesama. Pada sisi lain Gereja menyadari dirinya harus berpihak pada orang miskin, tetapi dalam kenyataan Gereja malah memberi kesan bahwa dia Gereja kaya. Para imam dan religius semakin kehilangan arah. Mereka cenderung mengikuti gaya hidup kaum elit. Begitu pula lembaga-lembaga Gereja semakin tertutup terhadap orang miskin. Tidak sedikit pula umat mengalami krisis iman dan harapan. Mereka tidak lagi berperilaku sebagai orang Katolik yang murni, melainkan masih berperan dan berperilaku sebagai orang yang dikendalikan oleh nilai-nilai magis dan tahayul. Berkenaan dengan situasi Gereja Katolik Indonesia dewasa ini, penulis menemukan dalam spiritualitas Teresia dari Lisieux suatu sumbangan yang sangat berharga bagi kehidupan menggereja. Spiritualitas yang dimaksudkan ini adalah pengharapan kepada Allah.