Salah satu gejala yang amat besar dan menantang hati nurani komunitas Kristiani dewasa ini adalah meningkatnya jumlah pasangan hidup bersama tanpa nikah (de facto unions) dalam masyarakat. Melihat masalah hidup bersama pasangan tanpa nikah yang menggejala di seluruh dunia, membuat Vatikan melalui Dewan Kepausan untuk Keluarga mengadakan studi khusus tentang masalah ini dan menghasilkan suatu dokumen berjudul, Family, Marriage and De Facto Unions yang mengkritisi masalah kohabitasi ini. Masalah hidup bersama pasangan tanpa nikah adalah masalah pengakuan dan penyamaan dengan keluarga yang berasal dari komitmen perkawinan. Usaha dan tuntutan agar hidup bersama pasangan tanpa nikah diakui dan disamakan dengan lembaga keluarga harus ditolak. Gereja berkeberatan dan menolak penyamaan dengan keluarga dan tidak mau menyebut itu keluarga. Argumentasi yang kuat perlu diberikan sebagai bentuk keberatan terhadap masalah hidup bersama pasangan tanpa nikah ini. Gereja memberikan sejumlah alasan keberatan terhadap masalah pengakuan dan penyamaan hidup bersama pasangan tanpa nikah dengan keluarga yang berdasarkan perkawinan. Masalah hidup bersama pasangan tanpa nikah menggejala di mana-mana. Gereja Keuskupan Denpasar pun tidak luput dari masalah ini. Banyak perantau NTT di Keuskupan Denpasar yang hidup bersama tanpa nikah. Menghadapi masalah ini penulis ingin melihatnya dalam perspektif dokumen Family Marriage and de facto Unions. Maka dari segi sumber datanya penelitian ini adalah kombinasi antara penelitian dokumen dan penelitian lapangan. Sedangkan dari segi metode analisisnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Masalah yang dibahas dalam tesis ini adalah mengapa para perantau NTT yang hidup bersama pasangan tanpa nikah tidak mampu untuk meneguhkan perkawinan mereka dan mengapa masalah ini sulit dipecahkan?