Peter seorang anak yang introvet sejak kecil. Dia tidak mau bergaul dengan teman-temannya. Dia lebih asyik dengan cerita khayalan buatannya sendiri. Peter lebih suka berbagi cerita kepada ibunya. Peter bercerita tentang Panina Manina, seorang artis sirkus Trapeze, yang jatuh dan mengalami patah leher, ketika sang kepala sirkus memperhatikannya, dilihatnya sebuah jimat ambar melingkar di leher gadis itu, seperti yang diberikan kepada putrinya, sebelum anaknya itu terhanyut dalam sebuah banjir besar 16 tahun yang lalu. Peter begitu terobsesi dengan cerita-cerita hasil imaginasinya. Hingga sampai dewasa pun, dia terus menuangkan hasil imaginasinya yang begitu liar. Dia menuliskan cerita-ceritanya dalam lembaran-lembaran file, namun ia enggan untuk mengirimkannya ke penerbit. Suatu hari ketika ibunya sudah meninggal, dan Peter harus bertahan hidup seorang diri. Dia mencoba menawarkan ide-ide ceritanya kepada penulis-penulis di sebuah club menulis. Peter, seperti seekor laba-laba, dia membuat jaring-jaringnya. Peter membuat jaring-jaring dengan tulisan-tulisannya. Dalam waktu beberapa tahun Peter menjadi orang di belakang perkembangan sastra di Norwegia, sebagian besar karya sastra yang beredar adalah hasil idenya yang dia jual ke penulis-penulis yang gila nama tenar. Peter si laba-laba akhirnya terjerat jaring yang dia rajut sendiri.