Keterbatasan ruang dan waktu yang tersedia untuk pembahasan Hukum Gereja Lembaga Religius menimbulkan beberapa soal: Apa yang harus diuraikan, misalnya karena dianggap lebih relevan bagi kebanyakan biarawan-biarawati?, Bagaimana bahan yang cukup asing ini dapat disusun dan diuraikan, agar dapat ditangkap dengan jelas?, Soal-soal ini ikut mewarnai maksud pengarang menyusun bahan ini: memperkenalkannya selayang pandang dalam bentuk ikhtisar sebagai langkah pertama untuk memahami materi ini. Keuntungan cara ini ialah pengenalan keseluruhannya, garis-garis besarnya, terutama gagasan-gagasan teologis yang melatarbelakangi norma-norma konkret. Tetapi kerugiannya juga sulit dihindari: uraian demikian itu terlalu umum untuk langsung diterapkan, jadi, tidak siap pakai, karena untuk penerapan Hukum Gereja dituntut pengetahuan konkret semua peraturan yang berlaku.