Dinamika politik dalam demokrasi Indonesia saat ini memang masih berada dalam titik yang mengenaskan. Pincangnya jalan demokrasi Indonesia saat ini tidak terlepas dari praktik busuk dari para pelaku politik. Banyak pribadi yang duduk di dalam ruang publik (demokrasi) tidak lagi mengakarkan prinsip hidupnya di atas nilai yang hakiki dari demokrasi Pancasila. Maka muncul berbagai kesadaran dari beberapa orang untuk melihat kembali hakikat demokrasi Pancasila kita. Salah satu usaha untuk merevitalisasi nilai dasar demokrasi adalah dengan mengangkat peran para tokoh-tokoh politik jaman sebelum dan awal kemerdekaan, yang mana hidupnya telah diresapi oleh nilai-nilai luhur Pancasila. Penulis pada saat ini hanya mengangkat salah satu tokoh Katolik yang dianggap perjuangannya melalui dunia politik menunjukkan sikap, yang mana diungkapkan dalam falsafah negara. Keterlibatan Kasimo yang cukup panjang dalam politik sejak masa pra kemerdekaan hingga masa pasca kemerdekaan menunjukkan suatu komitmen kuat dari kalangan Katolik dalam ikut memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Keterlibatan ini dilandasi oleh suatu pendirian dan prinsip yang kuat akan keberpihakan terhadap mereka yang tertindas dalam hal ini bangsa Indonesia yang dijajah. Sikap tegas, jelas, sederhana, prinsipil yang ditujukan Kasimo sepanjang hayatnya tidak lepas dari pendidikan nilai yang diterimanya selama masa pendidikannya di sekolah guru di Muntilan. Demikianlah dari Kasimo ini kita memetik sebuah pelajaran berharga bahwa berpolitik itu mesti memiliki pijakan atau prinsip yang jelas, berpolitik itu bertujuan untuk pengabdian kepada kesejahteraan rakyat bukan memperkaya diri. Salus Populi Suprema Lex (Kesejahteraan rakyat adalah hukum tertinggi) merupakan prinsip yang mendasari gerak langkah Kasimo.