Buku ini berbicara secara kritis seputar masalah yang muncul dibalik pembentukan ICMI dan keberadaannya hingga Juli 1993. Terbentuknya ICMI, yang dianggap banyak pihak sebagai kebangkitan umat Islam Indonesia, bagi para pengamat Barat merupakan fenomena unik dalam sejarah politik dan budaya Orde Baru (pasca-1966). Untuk waktu yang lama terdapat keyakinan umum dalam studi di Barat bahwa pemerintahan Orde Baru yang didominasi militer dan yang memerintah sejak 1966 tidak begitu dekat dengan Islam. Para elit Orde Baru dibesarkan dalam lingkungan Hindu-Jawa sehingga menjadikan mereka lebih abangan daripada santri. Sikap permusuhan elit penguasa terhadap Islam ortodoks diyakini telah menjadi alasan tindakan pemerintah di tahun 1960-an untuk memangkas kekuatan partai-partai politik Islam. Keprihatinan dan kesedihan umat Islam ini memang terus berlanjut hingga diberlakukannya asas tunggal baik untuk Orsospol maupun Ormas. Munculnya ICMI dengan dukungan Pemerintah seratus persen telah membingungkan para pengamat Barat. Apakah dukungan itu hanya strategi semata yang dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan orang Islam? Apakah sekedar memainkan kartu Muslim sebagaimana diungkapkan seorang tokoh sekuler pengecam pemerintah tahun 1992? Apakah lebih dipengaruhi oleh pengakuan pernerintah terhadap perubahan-perubahan besar pada masyarakat Indonesia khususnya menguatnya Islam di kalangan kelas menengah Indonesia? Apapun alasannya semua itu sekali lagi membuktikan lemahnya pemahaman pengamat Barat terhadap Islam dan politik modern Indonesia.