Bagaimana persepsi para eksponen PRRI Permesta mengenai tanah air pada 1950-an, apa yang mereka lakukan, serta usaha menyusun strategi pembangunan berskala nasional tanpa keterlibatan PKI dalam kegiatan politik nasional, merupakan pokok-pokok penting yang dibahas dalam buku ini. Teknik penelitian yang dipakai adalah sejarah lisan dengan menampilkan sejumlah tokoh pelaku seperti H.N. (Ventje) Sumual, A.E. Kawilarang; M. Saleh Lahade, Zulkifli Lubis, Ahmad Husein, Simbolon Bing Latumahina, serta tokoh-tokoh lainnya. Buku ini pada dasarnya ingin meluruskan peristiwa sejarah baha PRRI Permesta sesungguhnya bukan gerakan separatis, seperti yang diungkapkan oleh banyak buku (pelajaran) sejarah, tetapi sebuah upaya membangun daerah dan menyelamatkan bangsa dari pengaruh PKI.