Gereja itu pada hakikatnya merupakan gereja yang misioner (AG 2). Gereja memiliki tugas sebagai pewarta sabda Allah kepada semua orang. Pewartaan sabda Allah itu dilakukan oleh semua umat beriman dan khususnya para pelayan sabda Allah yakni uskup dan para imamnya. Para imam ini ditahbiskan untuk Gereja Katolik sehingga perhatiannya tidak hanya tercurah kepada Gereja partikular tetapi Gereja Universal. Panggilan ini menjadikan imam memiliki dimensi misioner, sekalipun imam itu adalah diosesan. Ensiklik Fidei Donum Paus Pius XII meneguhkan panggilan misi imam diosesan. Paus meminta kepada para uskup untuk juga terlibat memperhatikan karya misi Gereja Universal, khususnya di Afrika. Ensiklik paus ini membuka jalan baru bagi para imam diosesan untuk juga mampu melibatkan dirinya bagi karya misi universal. Keterbuakaan ini ditegaskan pula oleh berbagai dokumen Magisterium lain yang menyadari pentingnya karya misi, terutama sesudah Konsili Vatikan II. Para imam diosesan diarahkan untuk punya hati dan semangat bermisi bagi kemajuan Gereja universal ini. Dokumen Gereja telah memberi rambu-rambu bagaimana itu dapat dilakukan, salah satunya dengan kerjasama antar keuskupan.rnGereja Indonesia merupakan Gereja yang sedang bertumbuh dan memiliki penyebaran imam diosesan yang tidak merata. Ajaran para Magisterium ini, khususnya ensiklik Paus Pius XII dan dikuatkan oleh Kitab Hukum Kanonik 1983 merupakan salah satu peluang emas dalam misi ad gentes di Indonesia. Gereja Indonesia berpeluang untuk membuka kerjasama antar keuskupan agar dapat melaksanakan karya misi lebih baik. Umat beriman membutuhkan pelayanan para imam terutama di daerah-daerah sulit dan masih kekurangan imam. Pelaksanaan kerjasama ini merupakan tantangan bagi Gereja Indonesia terutama bagi para uskup untuk memiliki sikap keterbukaan terhadap kehidupan misi tanah air.