Pluralisme agama adalah fenomena yang tak terelakkan di tengah masyarakat dunia. Fenomena ini telah sering menjadi pemicu berbagai konflik dan perpecahan sepanjang sejarah. Kepicikan menghadapinya telah melahirkan sikap eksklusif yang tertutup, otoriter, merasa benar sendiri dan tidak toleran terhadap perbedaan. Hal ini karena eksklusivisme ingin mempertahankan kebenaran teologis satu agama terhadap agama lain. Secara perlahan-lahan paradigma eksklusif dalam beragama mulai ditinggalkan, karena tantangan etika kini lebih nyata daripada tantangan teologis. Agama-agama dunia mulai mengadopsi sikap insklusif yang terbuka dan mau mengerti pengalaman beragama umat lain. Dialog adalah kata kunci di dalamnya. Bagaimanakah dialog antaragama itu seharusnya dilakukan? Adakah tokoh yang bisa diteladani dalam sikap insklusivismenya? Bagaimana pergeseran paradigma itu bisa terjadi? Dan seperti apakah Islam yang insklusif itu? Buku ini merekam pemikiran Alwi Shihab mengenai pergeseran agama-agama ke paradigma insklusif dan respons Islam dalam menghadapinya. Alwi ysng menulis disertai berjudul The Muhammadiyah Movement and Its Controversy with Christian Mission in Indonesia (akan diterbitkan Mizan), adalah wakil Muslim Indonesia yang paling tepat untuk berbicara mengenai soal ini. Dengan cermat dia meliput seluruh persoalan interaksi agama, terutama antara Islam dan Kristen di negeri kita, sejak awal pertemuannya hingga saat ini. Islam inklusif yang ditawarkannya tampak kukuh, dewasa, dan rasional-sebuah Islam yang mampu membawa umatnya memasuki milenium baru dengan sikap terbuka dan penuh percaya diri.