Ada sebagian kalangan yang beranggapan bahwa spiritualitas St. Vinsensius a Paulo adalah spiritualitas eklektik, paduan harmonis dari berbagai unsur tradisi/sumber kerohanian yang sudah dipilih dan diselaraskan satu dengan yang lain. Yang menjadi persoalan adalah bahwa dewasa ini sifat 'eklektik' (dari bahasa Yunani: eklegein, 'memilih') dianggap sebagai tanda kemunduran suatu sistem (misalnya dalam bidang kesenian, filsafat, spiritualitas) karena dianggap tidak memiliki sifat orisinal. Suatu aliran eklektik dinilai tidak konsisten sebab ia hanya memandukan unsur-unsur pilihan yang berasal dari berbagai sistem atau tradisi. Jika sifat eklektik ini dikaitkan dengan spiritualitas vinsensian, dapatkah sinyalemen kemunduran ini dibenarkan? Buku ini disusun untuk menanggapi sebagian persoalan di atas. St, Vinsensius a Paulo melihat bahwa kasih itu kreatif dan perwujudannya tidak mengenal batas. Ada berbagai cara untuk mengaktualkannya. Kasih itu dapat berupa kritik, pujian, peneguhan, pemberian bantuan material, katekese yang menarik, sikap mendengarkan Sabda Allah, perayaan sakramen-sakramen gerejawi, dan seterusnya.