Iman dan perbuatan merupakan kesatuan yang integral. Iman seseorang akan menjadi sempurna bila dinyatakan dalam tindakan konkret. Namun, mewujudkan iman dalam tindakan bukanlah suatu sikap dan tindakan yang mudah untuk dilakukan. Sebab, dewasa ini sekularisme, hedonisme, dan egoisme kerap menjadi tantangan hidup beriman. Hal ini menjadi keprihatinan Paus Benediktus XVI. Paus mengungkapkan bahwa dewasa ini banyak orang kurang menghayati imannya, bahkan orang perlahan-lahan meninggalkan Allah. Akibatnya orang cenderung bersikap indvidualistis dan kurang memerhatikan nilai-nilai kemanusiaan. Dalam situasi seperti ini, Beata Teresa dari Kalkuta mampu menunjukkan hidup iman yang diwujudnyatakan dalam tindakan konkret. Hidup dan karyanya adalah menampilkan kesaksian akan Allah. Beata Teresa adalah sosok yang memerlihatkan betapa cinta itu merupakan sesuatu yang nyata, kasih yang senantiasa mewujud (love in action). Tindakan konkret Beata Teresa dan para pengikutnya yang bergabung dalam Kongregasi Misionaris Cinta Kasih memberi perhatian sepenuhnya pada harkat dan martabat manusia. rnKarya pelayanan Beata Teresa kepada orang-orang miskin, sakit dan terlantar bersumber dari karya pelayanan Yesus yang senatiasa melayani kaum miskin dan menyembuhkan orang yang sakit. Dalam mengawali pelayanannya, Beata Teresa mendapat penolakan dari masyarakat setempat di mana ia melayani. Kendati demikian, Beata Teresa tidak menyerah. Dia tetap berpegang teguh pada komitmennya untuk terus melayani orang-orang miskin, sakit dan terlantar. Bertolak dari insprasi ini, terdapat beberapa hal yang menjadi implikasi bagi karya pelayanan Gereja. Pertama, karya karitatif sebagai kesaksian iman. Kedua, karitas sebagai tugas Gereja. Ketiga, kasih dan pelayanan sebagai jati diri Gereja.