Record Detail
Advanced SearchText
Persaudaraan dalam Komunitas Kristiani (Refleksi Teologis atas Ensiklik Rerum Novarum Art 24)
Persaudaraan Kristiani merupakan tema yang sangat aktual dewasa ini. Terutama dengan melihat segala bentuk kemerosotan moral dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang seringkali terjadi. Orang cenderung ingin menyelesaikan segala persoalan dengan kekerasan. Dengan kata lain saat ini kita jatuh dalam apa yang dinamakan hukum rimba siapa yang kuat akan menang dan siapa yang lemah akan kalah. Maka untuk dapat menciptakan suatu lingkungan relasional yang baik dalam kehidupan bermasyarakat membutuhkan semangat persaudaraan. Semangat persaudaraan merupakan ciri dari semangat Injili. Dalam Kitab Suci sendiri sangat jelas ditampilkan akan pentingnya semangat persaudaraan ini. Hal ini nyata dalam firman Tuhan yang terungkap dalam PL dan PB terutama melalui keteladanan hidup Yesus, yang memberikan makna universal akan makna kata persaudaraan ini, kemudian dilanjutkan dalam hidup para Rasul dan Jemaat Perdana, serta semangat dari Bapa-Bapa Gereja yang menjadi contoh konkret untuk terciptanya semangat persaudaraan. Maka makna yang universal inilah yang kemudian menjadi tolok ukur Paus Leo XIII dalam menguraikan gagasan persaudaraan dalam ensiklik RN. Dimana di tengah segala ketidakpastian akan terciptanya suatu tatanan sosial yang baik pada saat Revolusi Industri berlangsung. Paus Leo XIII memberikan suatu jawaban konkret dengan penekanan pada arti pentingnya semangat persaudaraan. Penekanan ini sangat tampak dalam RN art. 24. Dengan berlatar belakang pada situasi kaum buruh yang mengalami ketidakadilan oleh para pemilik modal. Paus melihat bahwa semangat persaudaraanlah yang akan dapat menyatukan segala bentuk perbedaan yang merupakan akibat dari persaingan ideologi pada saat itu. Refleksi Paus atas situasi kaum buruh merujuk pada awal saat manusia diciptakan. Hal ini sangat nyata dalam setiap pokok-pokok pembahasan art. 24 yang kemudian didalami penulis dalam bab III. Dimana semua manusia berasal dari Bapa yang sama, diciptakan dalam kesetaraan antara satu dengan yang lain. Penekanan akan kesetaraan ini, mencirikan perintah Tuhan sendiri saat manusia diciptakan yaitu untuk saling melengkapi. Bahkan oleh Allah sendiri manusia diangkat dalam kodrat tertinggi yaitu diciptakan menurut gambar Allah sendiri. Semangat ini yang kemudian menjadi dasar pembelaan Paus terhadap kaum buruh dan mereka yang miskin. Perjuangan paus yang dinyatakan dalam RN art. 24 ini merupakan aplikasi dari imannya kepada Allah dan cintanya kepada sesama. Paus menginginkan suatu perlakuan yang baik terhadap sesama, mengakui apa yang menjadi hak sesama, menghormati, serta melindungi martabatnya.
Availability
09.000008 | 261 JEW p | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
261 JEW p
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2013 |
Collation |
xi + 102hlm: 21x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
261
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available