Record Detail
Advanced SearchText
Harapan Hidup Kekal dalam Ritus Kematian Masyarakat Lewolata dalam Terang Katekismus Gereja Katolik Art.11-12
Realitas kematian yang melekat pada hidup manusia selalu menyisakan persoalan mendasar sepanjang sejarah manusia itu sendiri, yaitu kemisterian atas kematian itu sendiri. Sebab de fakto tidak pernah ada jawaban tuntas atas pertanyaan tentangnya. Mengapa ada kematian yang membatasi kehidupan? Apa yang terjadi pasca kematian. Demikian juga masyarakat Lewotala dengan keyakinan tradisionalnya menanggapi realitas kematian yang mengakhiri kehidupannya dengan imannya sendiri. Kehidupan di dunia adalah suatu realitas tersendiri yang harus diakhiri dengan kematian tubuh. Kematian selalu menandai perpisahan yang sekaligus menyedihkan manusia baik yang hidup di dunia maupun bagi orang mati. Namun dengan iman, mereka menjelaskan bahwa kehidupan di dunia ini bukanlah batas akhir hidup manusia melainkan kehidupan di dunia ini adalah suatu perjalanan ke dunia orang mati (tana papa). Tana papa menandakan batas akhir perjalanan hidup manusia di mana mereka semua berkumpul dalam keabadiannya. Keyakinan dasar manusia tersebut dilembagakan dalam sistem kebudayaan, yaitu dalam ritual kematian. Ritualisasi kematian merupakan manifestasi atas keyakinan yang tak pasti tersebut bahwa kehidupan ini tak mesti hancur oleh kematian dan kematian adalah pintu menuju pada kehidupan baru yaitu kehidupan abadi tana papa. Prinsip dasar dari refleksi teologis iman Kristiani atas realitas kehidupan dan kematian manusia tersebut di atas adalam iman pada Allah sebagai kehidupan itu sendiri. Sumber hidup manusia adalah Allah sendiri. Oleh karena itu, kehidupan ini semestinya menuju pada Allah. Allah adalah asal hidup dan tujuan perjalanan hidup manusia. Tetapi inti kehidupan manusia adalah persatuan dengan Allah yang merupakan sumber kehidupan itu sendiri. Maka kehidupan di dunia maupun kematian selalu berelasi dan berada dalam Allah. Akan tetapi manusia tidak mampu melihat Allah dan berelasi dengan-Nya secara penuh karena keterbatasannya. Allahlah yang berelasi dengan manusia sehingga manusia mampu melihat dan hidup secara penuh di hadapan Allah. Pemberian hidup oleh Allah itu terjadi dalam sejarah tetapi memuncak dalam diri Yesus Kristus sebab Kristus adalah Allah yang kelihatan. Bersatu dengan Yesus berarti bersatu dengan Allah yang merupakan inti kehidupan manusia yang sempurna. Inilah dasar iman Kristiani.
Availability
17.01017 | 959.86 Wek h | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
959.86 Wek h
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2019 |
Collation |
x + 192hlm: 21,5x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
959.86
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available