Pasangan yang hidup dalam perkawinan campur beda Gereja semakin meningkat jumlahnya akhir-akhir ini. Gereja Katolik telah mengeluarkan peraturan tentang kawin campur dalam Kitab Hukum Kanonik. Berkaitan dengan pelaksanaannya, Gereja telah mengeluarkan pedoman-pedoman pelaksanaan misalnya dalam Pedoman Ekumene. Peraturan yang dikeluarkan oleh Gereja Katolik tidak serta merta menyelesaikan persoalan kawin campur beda Gereja. Orang Katolik yang hidup dalam perkawinan campur banyak yang tidak memahami dengan baik tentang apa itu kawin campur, kewajiban-kewajiban apa saja yang harus dipenuhi oleh pihak Katolik. Mereka tidak mampu menyelesaikan persoalan yang muncul akibat perbedaan paham tentang perkawinan. Hal ini sekaligus membawa dampak sulitnya menghayati iman Katolik dan mempertahankan keutuhan keluarga. Perbedaan paham tentang paham perkawinan, seringkali menjadi penghambat untuk mewujudkan persatuan. Perbedaan paham ini dapat diminimalisir dengan menonjolkan kesamaan paham teologis yang terdapat dalam paham perkawinan. Rahmat pembaptisan yang dimiliki oleh kedua pihak dapat menjadi dasar untuk melihat persamaan pemahaman tentang perkawinan. Berangkat dari pemahaman akan rahmat pembaptisan maka pasangan yang hidup dalam kawin campur dapat menghayati imannya secara benar dan mempertahankan keutuhan keluarga serta menjadi saksi kesetiaan yang hidup di tengah budaya perceraian saat ini.