Politik itu sendiri dipahami sebagai sebuah perjuangan dan perjuangan itu memiliki tujuan yakni untuk mengusahakan kesejahteraan bersama atau kepentingan bersama. Kesejahteraan bersama itu sendiri merujuk pada pemahaman akan lambang segala sesuatu yang kita butuhkan untuk hidup layak manusiawi termasuk peluang untuk berkembang. Politik dalam arti yang spesifik dipahami sebagai seni politisi untuk mengatur (memerintah) masyarakat dengan mempergunakan kekuasaan tertentu, yang berurusan dengan urusan kenegaraan. Politik ini biasanya disebut politik praktis yang tentunya mengarahkan pada suatu tujuan yakni kesejahteraan bersama. Setiap orang dipanggil untuk berpolitik dalam artian memiliki perjuangan untuk mencapai kesejahteraan bersama. Dalam konteks Gereja katolik, politik praktis merupakan medan pengabdian bagi kaum awam. Awam, karena karakter keduniawiannya memiliki panggilan untuk mengusahakan kesejahteraan bersama lewat politik, lewat tugas dan pengabdiannya di dalam dunia. Awam, karena bakat serta kemampuan atau talenta yang dimilikinya dalam dunia politik, hendaknya menjalani tugas dan pengabdian untuk mengusahakan kesejahteraan bersama, menjadi saksi Kristus lewat politik (bdk GS 43 dan 73). Politik dalam artian yang berhubungan dengan kekuasaan memerlukan politisi Katolik yang memiliki karakter-karakter serta keunggulan-keunggulan tertentu apalagi dalam konteks Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama muslim yang mana faktor kuantitas sangat menentukan. Beberapa karakter yang perlu dimiliki diantaranya yakni memiliki semangat perjuangan dan pengabdian untuk kepentingan umum, memiliki kompetensi dalam dunia politik praktis, mampu bekerjasama dengan siapa saja, memiliki landasan iman, moral yang kuat, mengenal identitasnya sebagai awam, mengenal spiritualitas dan kerasulan awam, mengenal Ajaran Sosial Gereja serta memiliki relasi yang intensif dengan Kristus.