Di tangan manusia terletak nasib lingkungan hidup melalui mandat kultural yang dimilikinya. Mandat itu antara lain: mengolah, mengatur dan memelihara lingkungan hidup. Namun mandat yang diberikan kepada manusia itu disalahgunakan. Konteks suku Dayak Simpakng, ditemukan adanya pengrusakan terhadap lingkungan hidup. Masuknya perusahaan HPH, HTI, PIR dan PETI membuat kekayaan alam mengalami kehancuran karena dibabat dan dieksploitasi besar-besaran. Ketika terjadi bencana asap nasional tahun 1997, banyak pihak mencari kambing hitam dengan mengatakan bahwa orang Dayaklah menjadi penyebab kerusakan lingkungan hidup. Permasalahan pokok: Masalah apa saja yang dihadapi suku Dayak Simpakng berkaitan dengan masalah lingkungan hidup? Benarkah mereka menjadi penyebab kerusakan lingkungan? Bagaimana pandangan mereka tentang lingkungan hidup? Betulkah mereka arif dalam melestarikan lingkungan hidup? Bagaimana pandangan Kristiani mengenai lingkungan hidup? Kerusakan lingkungan hidup dalam suku Dayak Simpakng disebabkan oleh sistem ladang berpindah, menyalahgunakan HPH, eksploitasi terhadap hutan yang berlebihan, kebakaran hutan dan pertambangan. Anehnya jika orang Dayak dianggap sebagai biang keladi terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Menurut suku Dayak Simpakng, lingkungan hidup merupakan wadah atau tempat menyediakan bahan-bahan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka, mempunyai nilai magis, religius dan sosial. Kearifan Suku Dayak Simpakng tampak dari upaya mereka melestarikan lingkungan hidup tampak juga dalam beberapa hal: tanah keramat, kawasan tanah dan hutan adat, sistem perladangan daur ulang, kawasan perkebunan dan sistem peta. Kearifan Suku Dayak Simpakng di atas, selaras dengan pandangan Kristiani tentang lingkungan hidup. Suku Dayak Simpakng yang mayoritas merupakan anggota Gereja menunjukkan sikap cinta dan hormat terhadap alam.