Record Detail
Advanced SearchText
Pentingnya Gereja Lokal Menurut Maximum Illud dan Relevansinya Bagi Gereja Katolik Indonesia
Ketika Yesus terangkat ke surga, misi yang diembannya dari Bapa-Nya tidak berhenti dengan kenaikannya. Namun diteruskan oleh para murid yang dari semula telah dipilihnya. Oleh karena itu ia bersabda pergilah jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu (Mat 28:19-20). Maka para murid dengan setia dan penuh semangat melaksanakan dan melanjutkan tugas perutusan yang dibebankan kepada mereka sampai titik darah penghabisan. Apa yang dikerjakan oleh para murid kemudian diteruskan oleh para penggantinya sampai sekarang ini dengan segenap tenaga mereka sampai-sampai harus meninggalkan keluarga dan tanah airnya demi pewartaan injil. Tugas pewartaan injil yang terasa layu kembali disegarkan oleh Ensiklik Maximum Illud yang mengingatkan kembali para misionaris akan tugas perutusannya bahwa mereka bukanlah duta negaranya melainkan duta Kristus. Oleh karena itu para misionaris diminta untuk senantisa meneladan kehidupan Kristus sebagai sang Gembala Agung dan juga kehidupan para kudus dan para martir yang mencurahkan seluruh hidup mereka demi pewartaan injil. Agar pewartaan injil yang dikerjakan dapat berhasil, Ensiklik ini menyebutkan pentingnya Gereja lokal yang ditandai dengan kehadiran klerus lokal sehingga pewartaan injil dapat berjalan dengan efektif apalagi jika dihadapkan pada kebudayaan dimana injil itu diwartakan. Serta juga dukungan yang dapat diberikan oleh umat awam demi keberhasilan dan kelancaran misi. Apa yang disebutkan oleh Ensiklik ini mengenai pentingnya Gereja Lokal jika dihadapkan pada situasi yang dialami oleh Gereja Katolik Indonesia tidak pernah dapat dilepaskan dari sejarah Gereja Katolik Indonesia. Dari sejarahnyalah kita dapat melihat bahwa Gereja Katolik yang ada di Indonesia yang semula berstatus sebagai Gereja misi menghadapi banyak tantangan bahkan sampai sekarang ketika sudah berstatus Gereja Lokal. Persoalan yang dihadapi oleh Gereja Katolik Indonesia tidak hanya berkaitan dengan tekanan dari pihak lain sebagai mayoritas dan jumlah panggilan yang menurun, namun juga terutama menyangkut soal inkulturasi, sebab tema ini tidak dengan serius digeluti, karena inkulturasi sering dipandang terbatas pada hal-hal yang lahiriah saja, padahal inkulturasi lebih berkaitan soal bagaimana iman dapat sungguh bertumbuh dalam suatu budaya tertentu daripada penggunaan hal-hal yang sifatnya fisik dalam suatu kebudayaan.
Availability
11.046 | 266 Leo p | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
266 LEO p
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2015 |
Collation |
vii + 65hlm: 21,5x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
266
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available