Image of Pengetahuan dan Kepentingan Menurut Jurgen Habermas

Text

Pengetahuan dan Kepentingan Menurut Jurgen Habermas



Metodologi ilmu pengetahuan dalam dunia dewasa ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Namun, justru di tengah perkembangan tersebut telah lahir krisis ilmu pengetahuan. Krisis ilmu pengetahuan yang dimaksudkan disini bukanlah berkurangnya pengetahuan, tetapi lebih terkait dengan menyempitnya pengetahuan akibat reduksi metodologis tertentu. Reduksi metodologis yang dimaksudkan adalah bahwa semua jenis pengetahuan (ilmu alam dan ilmu sosial) harus tunduk pada satu metodologi, yaitu metodologi ilmu-ilmu alam. Mengapa? Karena ilmu-ilmu alam dianggapsebagai satu-satunya ilmu yang paling obyektif. Inilah yang diyakini paham positivisme, di mana mereka ingin menyatukan semua ilmu pengetahuan di bawah satu metodologi ilmu pengetahuan (berdasarkan metodologi ilmu-ilmu alam). Dengan demikian, dalam hal ini positivisme telah menjadi saintisme (serba ilmu) dan mendewakan obyektivitas. Terkait dengan hal tersebut, maka untuk memperoleh sebuah ilmu pengetahuan, pengetahuan haruslah bebas dari segala kepentingan-teori harus bebas dari praksis kehidupan manusia. Maka, dalam hal ini peran subyek pengetahuan (merefleksikan pengetahuan) sama sekali tidak diperhitungkan, karena untuk menghasilkan sebuah pengetahuan yang sejati haruslah berasal dari fakta yang obyektif (paham positivisme), dan bukan spekulasi (seperti dalam metafisika). Itulah krisis ilmu pengetahuan di tengah perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat dalam dunia dewasa ini. Merujuk pada hal tersebut, maka penulis dalam tulisan ini hendak menyajikan pemikiran Jurgen Habermas yang mengkritiki paham sempit kaum positivisme di atas. Menurut Habermas, pengetahuan yang diperoleh tidak mungkin terpisah dari praksis kehidupan manusia. Sampai ia menunjukkan tiga kategori ilmu pengetahuan yang didalamnya telah terintegrasi kepentingan-kepentingan kognitif manusia. Hubungan pengetahuan dan kepentingan tersebut antara lain: pertama, ilmu-ilmu empiris-analitis. Di dalam ilmu-ilmu tersebut telah terkandung kepentingan manusia untuk mengontrol alam. Kedua, ilmu-ilmu historis-hermeneutis. Kepentingannya adalah untuk mencapai saling pengertian. Ketiga, ilmu-ilmu tindakan (ilmu kritis). Kepentingannya adalah emansipatoris (pembebasan).


Availability

10.039193 FER pAvailable

Detail Information

Series Title
-
Call Number
193 FER p
Publisher STFT Widya Sasana : Malang.,
Collation
vii + 90hlm: 22x28cm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Classification
193
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
-
Subject(s)
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility

Other version/related

No other version available




Information


RECORD DETAIL


Back To PreviousXML DetailCite this