Budaya masa kini lebih menekankan aspek tubuh sehingga membuat orang melupakan pengolahan hidup rohani. Banyak orang lebih memilih kerja ekstra atau pergi berbelanja ke mal atau hanya sekedar 'cuci mata', nongkrong' di cafe daripada harus tinggal dalam keheningan untuk merenungkan hidup yang dijalaninya. Orang modern cenderung menganggap diam di hadirat Allah hanya membuang-buang waktu dengan percuma. Hal ini mengakibatkan orang kehilangan jati dirinya, bahkan tidak mengenal dirinya sendiri. Ketidaktahuan pada identitas ini akan membuat orang menjadi putus asa, panik, selalu cemas, berkepribadian destruktif, kehilangan harapan hidup, tidak percaya diri dan mencari kompensasi ke hal-hal yang negatif. Budaya masa kini juga menuntut orang untuk dapat bertindak dengan cepat. Orang seakan-akan dikejar-kejar oleh waktu. Budaya masa kini cenderung meninggalkan keheningan dan memusatkan perhatian pada manusia (antroposentrisme) dan diri sendiri (egosentrisme) membuat hidup manusia berpust pada dirinya sendiri. Beberapa uraian di atas membuktikan bahwa keheningan merupakan suatu kebutuhan dalam membentuk kualitas hidup rohani seseorang. Namun amat disayangkan, keheningan seringkali ditinggalkan dan dipandang tidak berguna. Hal ini dipicu pula dengan pengaruh budaya serba cepat dan serba instan, orang menjadi semakin sukar untuk masuk ke dalam keheningan. Keheningan merupakan sarana yang dapat membuat seseorang menjadi pribadi yang penuh dan utuh. Ia bukan hanya mengajarkan jalan keheningan tersebut, namun dari perjalanan hidupnya, penulis mengetahui dan merenungkan bahwa Teresa telah melaksanakan keheningan itu sendiri.