Kongregasi Misi (CM) adalah suatu Serikat Hidup Kerasulan Klerikal dan berada di bawah kewenangan Paus dimana para anggotanya melaksanakan tujuan kerasulannya yang khas, sesuai dengan warisan yang ditinggalkan oleh S. Vinsensius dan yang disahkan Gereja. Sebagai pendiri S. Vinsensius seringkali menegaskan bahwa CM bersifat sekulir dan tidak termasuk dalam golongan lembaga-lembaga religius, tetapi para anggotanya mengucapkan kaul stabilitas (kesetiaan), kemurnian, kemiskinan dan ketaatan sebagaimana yang diucapkan oleh biarawan-biarawati pada umumnya. Melalui kaul-kaul ini, para anggota CM ingin menghayati nasihat-nasihat Injil bukan hanya sebagai niat baik, tetapi sebagai ikatan yang ditentukan dalam konstitusi. Status bukan religius menempatkan CM dalam golongan serikat kerasulan yang mempunyai tujuan utama mengikuti Kristus, pembawa kabar gembira kepada kaum miskin terutama di pedesaan. Namun, dengan adanya kaul-kaul, CM memiliki status yang tidak biasa pada zaman S. Vinsensius. Sebab, pada umumnya jika tidak termasuk serikat religius, suatu serikat tidak diikat oleh kaul dan sebaliknya jika berkaul, suatu serikat masuk dalam status religius. Hal ini kemudian memunculkan suatu pertanyaan: Mengapa S. Vinsensius menginginkan para anggota CM mengikrarkan kaul? Bagaimana mungkin para anggota CM dapat mengucapkan kaul-kaul tanpa menjadi religius?. Pertanyaan-pertanyaan ini menimbulkan suatu persoalan dasar yang mengarah pada suatu permasalahan pokok: Apa sebenarnya yang menjadi tujuan fungsi dan makna dari kaul-kaul CM sehingga disebut khas? Berangkat dari permasalahan pokok di atas tesis ini akan menggali lebih dalam mengenai kaul dalam CM pertama-tama dengan melihatnya dalam perspektif sejarah lahirnya CM. Meskipun berkaitan dengan sejarah CM tesis ini tidak bermaksud untuk membahasnya secara panjang lebar melainkan membatasi diri hanya untuk memaparkan bagaimana kaul menjadi bagian yang tak terpisahkan dari CM.