Spiritualitas kenosis adalah proses internalisasi teologi kenosis dalam hidup sehari-hari. Proses ini membutuhkan kehendak dan upaya seminaris untuk berani mengosongkan diri setiap hari. Proses ini hendak mengikuti ketaatan Yesus pada kehendak Bapa-Nya. Dalam perspektif formasi spiritual di Seminari Tinggi Interdiosesan Beato Giovanni XXIII, proses ini tampak nyata dalam kesediaan seminaris untuk dibentuk dan ketaatan seminaris pada pedoman pembinaan calon imam (PPCI) 2009. Motif utamanya adalah ketaatan demi terwujudnya Kerajaan Allah. Ketaatan yang bersumber dari kedekatan dengan Tuhan Yesus ini memunculkan konsistensi jawaban Ya atas panggilan Tuhan. Konsistensi ini wajib ada dalam diri seminaris untuk melawan godaan. Godaan ini berbentuk keluar dari zona nyaman dan keterikatan pada ciptaan seperti: relasi eksklusif dengan keluarga/perempuan, jabatan dan pemanfaatan fasilitasnya serta kepemilikan barang pribadi/materi. Akibat godaan seminaris akan mengalami keraguan atas panggilannya. Maka seminaris harus discernment dan memutuskan untuk memakai ciptaan sejauh mendukung panggilan melepaskan sejauh menghambat panggilan. Inilah askese terhadap ciptaan. Askese ini mencerminkan spiritualitas kenosis dalam sikap dan perbuatan. Habitus inilah ciri khas formasi kenosis di Seminari Tinggi Interdiosesan Beato Giovanni XXIII. Ketika seorang seminaris menerima dirinya memohon rahmat Allah dan keaksekese terhadap ciptaan dan zona nyaman maka semakin dalamlah spiritualitas kenosisnya dalam sikap dan perilaku setiap hari.