Banyak kebijakan publik termasuk di bidang pertanian adalah produk elit politik. Kebijakan itu di suara kan demi mengejar kebaikan bersama tetapi ternyata kemudian menjelma menjadi narasi besar. Rakyat kecil seperti petani tidak saja lalu lalang kehilangan ruang bersuara tetapi juga terdislokasi dan terasingkan dari sentral arena kepolitikan negara. Disadari atau tidak kecenderungan ini telah menjelma menjadi bagian dari proses pembusukan politik. Lantas negeri ini terhempas ke dalam krisis parah. Buku ini hadir untuk menunjukkan bagaimana rakyat kecil merespon upaya-upaya negaranisasi. Di samping itu juga ingin memberi arena bagi mereka agar suaranya sampai ke tengah-tengah publik, akademisi, praktisi dan terutama elit kepolitikan di negeri yang tengah didesak massa untuk mempercepat demokratisasi. Buku ini menggambarkan realitas emics yang menarik dari sebuah geliat massa petani berbasis religio politik santri. Potret awal sebuah transisi menuju demokrasi.