Record Detail
Advanced SearchText
Cinta Sebagai Jawaban Atas Persoalan Keterpisahan Manusia Menurut Erich Fromm
Cinta bukan merupakan suatu kata asing dalam keseharian hidup manusia. Istilah ini sering disimak dan dikagumi para penyair, sastrawan, para psikolog, anthropolog, para filsuf dan teolog, bahkan juga para biolog. Dalam tulisan sederhana ini penulis akan mendalami pemaknaan dan penghayatan cinta sebagai seni yang digagas oleh Erich Fromm. Erich Fromm, seorang pemikir dari mazhab Frankfurt, mendekati cinta sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari elaborasinya tentang manusia, khususnya persoalan eksistensial manusia. Menurutnya, kehadiran akal budi dan kesadaran yang membedakan manusia dari binatang telah membuat manusia terlempar dari situasi pra-manusia yang harmonis ke dalam situasi baru, harmoni manusia. Manusia lantas terkejut, bingung dan gelisah mengalami situasi keterpisahan ini. Situasi keterpisahan bagaikan sebuah penjara yang terus mengungkung manusia sepanjang sejarah peradabannya. Ia menderita kegalauan eksistensial kronis.rnSepanjang peziarahan mengarungi sejarahnya manusia terus merajut dan menciptakan cara-cara tertentu sebagai jawaban atas persoalan eksistensial keterpisahannya. Dengan kemampuan akal budi dan cetusannya dalam kebudayaan ada yang mencari jalan keluar melalui cara-cara orgiastik dan ada pula yang mencarinya dengan menempuh cara-cara non-orgiastik. Namun sayang, tidak semua cara dan jawaban tersebut mampu memuaskan dan mengatasi situasi keterlemparan manusia. Ia tetap terkungkung dalam persoalan keterpisahannya. Saat ini, manusia modern menempuh caranya sendiri dalam mengatasi persoalan keterpisahan. Mereka menggunakan kecanggihan teknologi komunikasi untuk menciptakan sistem jejaring yang dapat mempersatukan semua orang dalam sebuah ruang virtual. Cara ini pun masih menyisahkan ketidakpuasan manusia dalam mengatasi persoalan keterpisahannya. Erich Fromm, melalui elaborasi psikologis dan filosofisnya mengemukakan sebuah tawaran jawaban atas persoalan keterpisahan manusia, yakni dengan memahami dan menghayati cinta sebagaimana mempelajari suatu seni. Menurutnya, cinta bukan hanya sebentuk perasaan yang datang begitu saja, melainkan sebuah seni yang terus diusahakan. Cinta itu sesuatu yang harus diperjuangkan, dipelajari dan dikuasai layaknya menguasai salah satu ragam seni yang ada. Penghayatan cinta jenis ini dapat menjadi jawaban atas persoalan keterpisahan manusia. Cinta merupakan usaha aktif sepanjang peziarahan manusia dalam menjawabi persoalan keterpisahannya.
Availability
10.000036 | 150.195.7 Jan c | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
150.195.7 JAN c
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2014 |
Collation |
vii + 85hlm: 21,5x 28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
150.195.5
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available