Dalam perjalanan sejarahnya, manusia tidak pernah terlepas dari alam semesta. Manusia itu sendiri merupakan bagian yang sangat kecil dari alam semesta itu. Oleh karena alam semesta ini dipandang sebagai sesuatu yang besar dan memang demikian adanya, alam semesta tidak henti hentinya membuat manusia merasa takjub, kagum dan juga terkejut. Takjub dan kagum sebab alam ini menampakkan dirinya dalam berbagai keindahan, kemegahan dan kehebatannya. Hal demikian seperti tidak dapat dipercaya dan bukan nyata. Orang terkadang merasa seperti mimpi ketika berjumpa dengan keindahan, kehebatan dan kemegahan ini. 'Terkejut' sebab pengalaman perjumpaan dengan alam yang indah, hebat dan nyata itu adalah benar-benar nyata. Bukanlah mimpi. Orang tidak akan terkejut dalam keadaan bermimpi. Berbagai ekspresi di atas merupakan ekspresi awal yang ditunjukkan karena sikap reaktif mereka terhadap perjumpaan mereka dengan alam. Di luar itu masih banyak reaksi yang muncul kemudian. Ada pun reaksi yang muncul kemudian paling umum ialah suatu usaha pencarian. Pencarian akan asal-usul dari alam yang indah, hebat dan megah ini. Dalam usaha pencarian akan asal-usul ini sampailah mereka kepada pemikiran tentang sang pencipta. Kemudian mereka membentuk religi dan berbagai ritus penyembahan dan tindak budaya. Semuanya ini tidak lain ialah untuk menghormati sang pencipta tersebut.rnDalam dunia timur (Asia) konsep tentang pencipta identik dengan konsep wujud tertinggi. Pencipta sering kali dikaitkan secara langsung dengan kehidupan ciptaannya. Oleh karena itu, apa pun perbuatan yang dilakukan terhadap ciptaan ini dipercaya akan memunculkan reaksi dari Sang Pencipta, misalnya yang baik mendapat imbalan dan yang jahat.