Pendidikan dalam keluarga berdampak besar bagi kepribadian setiap orang. Jika kita memperoleh pendidikan yang baik maka kemungkinan besar kita pun akan menjadi pribadi yang baik. Mengapa dikatakan 'mungkin', karena ada pula faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam proses pembentukan kepribadian. Jika kita memperoleh pendidikan yang kurang baik dalam keluarga, maka kemungkinan besar kita pun akan menjadi pribadi yang kurang baik. Hal ini mau mengatakan bahwa pengaruh pendidikan dalam keluarga sangat luas bagi setiap anggotanya. Keluarga Kristiani sudah seharusnya memberikan pendidikan yang baik bagi seluruh anggota keluarganya, sehingga bisa menjadi teladanbagi keluarga lainnya. Setiap anggota keluarga bertanggungjawab atas seluruh proses pendidikan dalam keluarga. Maka, keluarga merupakan sebuah komunitas yang saling mendidik. Pendidikan terjadi bukan hanya dari orang tua kepada anak, namun pendidikan mencakup seluruh anggota keluarga, sehingga anggota saling bergantung satu sama lain. Suami mendidik istri, demikian pula suami belajar dari istri. Orang tua mendidik anak, demikian pula orang tua belajar dari anak. Kakak mengajar adik, demikian pula kakak belajar dari adik. Aspek-aspek yang dipelajari dari keluarga sebagai komunitas pendidikan pun bersifat integral, bukan hanya dalam aspek-aspek tertentu. Aspek-aspek ini tertulis dalam KHK kanon 1136, yakni fisik, sosial dan kultural, moral dan religius. Keluarga sebagai komunitas pendidikan yang bersifat integral tentunya mengalami banyak tantangan. Tantangan bisa bersifat intern maupun ekstern. Tantangan intern datang dari dalam keluarga. Tantangan intern terdiri dari masalah ekonomi, dan keteladanan orang tua. Masalah ekstern terdiri dari pengaruh dunia digital, pengaruh lingkungan sekitar, dan kemiskinan. Tantangan ini bila tidak disikapi secara dewasa dapat menjadi penghambat dalam membangun keluarga sebagai komunitas pendidikan.