Kita sudah mengetahui bahwa di Indonesia, agama merupakan suatu faktor penting dalam relasi sosial politik dan ekonomi. Lebih dari itu, agama mempengaruhi pelbagai bentuk relasi, baik dalam level internasional dan regional, termasuk relasi pribadi antar warga. Demikian pula pada tingkat relasi sosial kemasyarakatan, agama yang dianut oleh seseorang atau suatu kelompok masyarakat, turut mewarnai relasi antar mereka. Perlu juga disadari bahwa selain memberikan pengaruh positif, agama juga membawa problem bagi kehidupan masyarakat majemuk. Perbedaan agama tidak hanya membawa problem antar pribadi, tetapi juga mempengaruhi seluruh dinamika kehidupan sehari-hari baik pada level elit maupun level akar rumput. Dengan memasukkan prinsip agama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, kadang-kadang menciptakan jarak, bahkan merusak relasi kehidupan bersama. Rusaknya relasi atara penganut agama yang berbeda dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, disebabkan oleh dominasi kelompok mayoritas. Katolik sebagai salah satu agama yang diakui di negara ini (Indonesia), hadir dan hidup di tengah realitas kemajemukan. Kehadiran Gereja dan spiritualitasnya, turut mewarnai kehidupan bersama masyarakat. Di mana Gereja hadir, di situ ia berusaha membangun Kerajaan Allah. Kerajaan Allah yang dibangun tidak pernah luput dari pelbagai tantangan. Dalam hal ini, umat Katolik Sengkaling, sebagai umat Paroki SMGK (Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel), Katedral Malang, yang hidup dan bergulat di tengah masyarakat majemuk, merupakan kawanan kecil yang sedang berusaha membangun Kerajaan Allah.