Yesus mengatakan bahwa diri-Nya harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari ketiga. Ia harus menanggung banyak penderitaan, ditolak oleh para pemimpin orang Yahudi, dan dibunuh. Tahu dan sadar akan semuanya itu, Yesus oleh penginjil Lukas ditampilkan sebagai teladan dan pengajar dalam hal berdoa. Di dalam doa-Nya Yesus terus menerus memusatkan perhatian dan kehendak-Nya kepada kehendak Bapa-Nya, yakni menanggung banyak penderitaan, disalibkan oleh orang-orang berdosa dan bangkit pada hari yang ketiga. Hal ini dilaksanakan-Nya agar segala yang hidup melihat keselamatan yang dari Allah. Sementara itu kepada murid-murid-Nya Ia mengajarkan agar di dalam doa mereka mereka menyebut Allah itu sebagai 'Bapa' suatu sebutan yang menandakan keintiman dan ketergantungan manusia kepada Allah. Yesus juga mengajar mereka untuk berdoa kepada Bapa seperti seorang yang bersikap tidak malu untuk meminta apa yang diperlukan terhadap Allah, Sang Bapa, Sahabat manusia. Dengan memohon secara terus-menerus dengan mencari tiada hentinya dan dengan senantiasa mengetuk pintu para murid Yesus diharapkan berkembang dalam sikap seorang miskin dan hina-dina. Di sini Lukas pertama-tama bukan ingin menyatakan bahwa setiap doa pasti akan dikabulkan (sebab pengalaman bertentangan dengan kenyataan ini) melainkan untuk menyatakan bahwa Allah sungguh maha baik dan tahu memberikan apa yang paling baik. Doa itu bukannya untuk Allah sebab Ia senantiasa siap memberikan cinta kasih keBapaan-Nya doa adalah untuk kita.