Image of Etika Tanggungjawab Berladang, Beriristuak dan Kultus Dewi Padi Masyarakat Lamaholot dalam Terang Filsafat Tanggungjawab Emannuel Levinas

Text

Etika Tanggungjawab Berladang, Beriristuak dan Kultus Dewi Padi Masyarakat Lamaholot dalam Terang Filsafat Tanggungjawab Emannuel Levinas



Kearifan Lokal merupakan filsafat, norma dan pandangan hidup yang memiliki nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam setiap budaya, termasuk budaya Lamaholot-Flores Timur-NTT. Salah satu nilai yang terpendam dalam tradisi berladang, beriristuak dan kultus dewi padi masyarakat Lamaholot adalah etika yang mengatur tindakan manusia sebagai manusia demi mencapai keadilan, kebenaran, kesenangan, kebahagiaan, kesatuan, persaudaraan dll. Bila dikaji lebih dalam, tradisi ini memanifestasikan etika tanggung jawab seorang laki-laki dewasa, para pemimpin bagi warga kampungnya. Disamping itu, laki-laki dewasa, para pemimpin bagi warga kampungnya. Di samping itu, laki-laki dewasa, para pemimpin dan warga kampung bertanggungjawab bagi Tomu Wuyo. Tanggung jawab seperti ini menyodorkan jejak pemikiran tanggung jawab Emmanuel Levinas yang berkaitan dengan relasi subyek 'Yang Sama' dengan 'Yang Lain'. Dorongan tanggung jawab bagi 'Yang Lain' dimulai dari hasrat, sensibilitas dan cinta 'Yang Sama' yang memiliki intensionalitas rindu akan sesuatu di luar dirinya yang juga memiliki aspek ketakberhinggaan. Oleh sebab itu, 'Yang Sama' harus berjumpa dengan wajah 'Yang Lain'. Istilah wajah tidak dimengerti secara fisis, tetapi menegaskan cara berada orang lain dengan segala persoalan atau pergumulannya. Wajah hadir dalam figur ketelanjangan, janda, yatim piatu dan perempuan yang lemah, rapuh, tak berdaya yang berjumpa dan memanggilku untuk bertanggungjawab terhadapnya. Sebab, kehadiran wajah di hadapanku telah menyandera dan memenjarakan bahkan mensubstitusiku. Model tanggung jawab demikian tampak juga dalam tradisi berladang, beriristuak dan kultus dewi padi, subyek 'Yang Sama' dalam tradisi ini memberi respon tanggung jawab bagi keluarga, kampung dan Tonu Wuyo sebagai subyek 'Yang Lain' dengan 'membuka dirinya'. Dimensi 'membuka diri' identik dengan mengorbankan diri seperti seorang hamba atau subyek yang akusatif dan teraniaya yang mengemban prinsip gelekat lewo gewayantana dalam filsafat masyarakat Lamaholot. Pengorbanan diri ini berasal dari pasivitas individu yang lebih pasif yang terus trauma, tertuduh dan teraniaya oleh keluarga, warga kampung dan Tonu Wuyo sebagai 'Yang Lain'. Finalitas dari tanggung jawab ini memeluk nilai-nilai kehidupan bersama baik kebutuhan jasmani maupun religius. Tanggung jawab ini dapat dilakukan apabila dibangun di atas elemen-elemen dasar yakni subyek yang tertawan, sensibilitas dan substitusi.


Availability

15.01011194 Ena eAvailable

Detail Information

Series Title
-
Call Number
194 Ena e
Publisher STFT Widya Sasana : Malang.,
Collation
x + 431hlm: 21,5x28cm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Classification
194
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
-
Subject(s)
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility

Other version/related

No other version available




Information


RECORD DETAIL


Back To PreviousXML DetailCite this