Image of Konsep Pemerintahan Demokratis Menurut Alexis De Tocqueville

Text

Konsep Pemerintahan Demokratis Menurut Alexis De Tocqueville



Manusia menjadi tema yang menarik untuk diperbincangkan. Pokok bahasan ini memiliki muatan yang luas. Salah satunya tentang politik. Politik menunjukkan bagaimana proses tujuan hidup bersama itu terbentuk. Perwujudannya itu tidak lepas dari kisah hidup keseharian manusia. Dalam realitasnya, terdapat lika-liku yang menjadi penghambat terwujudnya tujuan hidup tersebut. Itu ditunjukkan dalam berbagai problematika atas persamaan hak yang dimiliki oleh setiap orang. Kisah ini dapat disimak dari setiap permasalahan Indonesia yang mendeklarasikan diri sebagai negara demokratis yang menaruh penghargaan terhadap persamaan hak. Sejarah terbentuknya persamaan hak tidak lepas dari peristiwa revolusi Prancis tahun 1789. Revolusi ini muncul akibat adanya kesadaran masyarakat atas prinsip absolut para penguasa yang mengekang. Prinsip ini membangun benteng pemisah antara pemimpin dan rakyatnya. Akibatnya, negara tidak menyediakan tempat bagi rakyatnya untuk menyuarakan kepentingan mereka. Hal ini menggelisahkan Tocqueville. Ia memiliki kerinduan bahwa rakyat Prancis itu dapat menjadi equal. Itu diwujudkan dalam usahanya untuk melihat dinamika masyarakat Amerika yang demokratis. Ia melihat bahwa terdapat nilai khas yang ditampilkan Amerika, yakni demokrasi itu equlitas dan sekaligus individualitas. Nilai equalitas itu muncul dari keadaan sosiologi masyarakatnya yang sama-sama berstatus imigran. Status ini membuat setiap orang sadar dari mana ia berasal. Selain itu, nilai ini muncul karena dipengaruhi oleh suatu sistem Law of Descent. Sistem ini menciptakan kelas-kelas dalam masyarakat menjadi tidak berarti. Nilai ini mau menampilkan sebuah jargon tentang keyakinan bahwa hidup itu menyenangkan tanpa ada status sosial yang membeda-bedakan. Poin penting yang hendak ditunjukkan adalah bahwa hak dan kepentingan setiap orang itu mendapatkan tempat karena kodratnya sebagai manusia. Dengan sendirinya ini meniadakan pembedaan atas hak setiap orang.rnSelain itu, demokrasi itu bernilai individualitas. Nilai ini tersusun dalam kerangka akal budi. Masyarakat Amerika terbiasa menggunakan akal budinya untuk mengerti segala sesuatu, bahkan sebelum mereka mengenal Descartes dengan cogito-nya. Setiap individu memiliki kebebasan untuk mengeksplorasi diri dengan akal budinya. Ia berhak untuk meragukan kebiasaan lama dan menciptakan yang baru. Dengan demikian, makna individualitas tidak dapat dimaknai sebagai itu yang bersifat negatif, melainkan bersifat positif karena individualitas itu mengusung tema kebebasan yang rasional. Indonesia sebagai negara demokratis tak lepas dari adanya pelanggaran terhadap nilai equalitas. Hal ini ditunjukkan dalam berbagai kasus pelanggaran yang menoreh luka, seperti masalah ketidakadilan, pelanggaran HAM, dan pengekangan kebebasan. Manusia Indonesia perlu belajar untuk menjadi dewasa dalam menghayati hidup berdemokrasi. Itu dapat dilakukan saat manusia Indonesia melihat nilai equalitas dengan membuka pintu untuk menghargai hak setiap orang tanpa memandang prerogatisasi secara berlebihan; dan memberi ruang terhadap kesetaraan gender. Selain itu, manusia Indonesia juga perlu memandang nilai individualitas dan mengaplikasikannya pada prinsip kebebasan yang tidak lepas dari aspek rasionalitas; dan memberi kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bertangung jawab secara bebas melalui perwujudan desentralisasi. Ini dilakukan sebagai sarana pendewasaan pribadi anak bangsa demi mengembangkan daerahnya.


Availability

09.000003194 MEL kAvailable

Detail Information

Series Title
-
Call Number
194 MEL k
Publisher STFT Widya Sasana : Malang.,
Collation
xii + 86hlm: 21x28cm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Classification
194
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
-
Subject(s)
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility

Other version/related

No other version available




Information


RECORD DETAIL


Back To PreviousXML DetailCite this